Sebagai manusia (yang normal) rasa ketertarikan itu wajar. Beberapa
mengatakan bahwa rasa ketertarikan itu datang secara naluriah, beberapa
mengatakan “cinta pada pandangan pertama”, beberapa mengatakan itu
sebuah kebutuhan, dan banyak beberapa yang hanya ingin melemaskan otot
dibalik celana. Terkadang beberapa orang dalam ketertarikannya
masing-masing dibumbui dengan spesifikasi dari bentuk lawan jenis yang
mereka inginkan, misalnya berambut seperti apa, kulit hitam atau putih,
mungkin saja apakah mereka berbulu atau berkaki empat.
Biasanya
spesifikasi umum yang diinginkan seorang manusia sudah tersugesti dari
berbagai media, seperti majalah, acara televisi, dan film porno.
Misalnya lawan jenis yang mereka inginkan harus berambut panjang, kulit
putih, bertubuh ideal, dan berkelamin. Mungkin saja hal seperti ini
terjadi saat jaman modern dimulai. Tapi tidak bisa dipungkiri juga bahwa
jaman dahulu sebelum media-media sugesti seperti diatas ada, hal inipun
tetap saja terjadi.
Namun sebagian besar ketertarikan
yang terjadi tetap saja didominasi oleh potensi fisik yang menawan.
Banyak orang selalu mendambakan pasangan yang sesuai criteria yang
diinginkannya tanpa mempertimbangkan potensi-potensi lain selain potensi
fisik seperti kecerdasan, bakat, dan seberapa efisien pasangan yang
kita inginkan dalam menggunakan dan merampas isi dompet kita.
Faktor-faktor seperti diatas kadang diabaikan demi mendapat pasangan
yang kita inginkan, entah untuk kesenangan semata, atau agar tidak
terlihat memalukan jika harus menghadiri arisan bersama pasangan.
Tidak
sedikit juga orang yang mengkriteriakan lawan jenis dambaan karena
pengaruh lingkungan sekitar, misalnya saja mereka ingin mencari wanita
yang berjilbab karena desakan orang tua, mencari pasangan yang cantik
atau tampan agar bisa dipamerkan pada kerabat, mencari pasangan yang
lebih tua karena kata orang lebih dewasa dalam menjalani hubungan,
mencari yang sangat tua karena desakan kantong, dan mencari pasangan
yang mudah terkelupas pakaiannya karena desakan cuaca yang ekstrem.
Beberapa
kasus yang juga menjadi factor dalam mencari pasangan hidup adalah
cerita kehidupan calon pasangan. Sebagian besar orang selalu mencari
pasangan yang hidupnya terlihat sangat mapan entah karena memapankan
dirinya atau dimapankan hidupnya oleh orang tua, kerabat, duda dan janda
kesepian, area lokalisasi, ataupun lingkungan pemerintahan. Tanpa
memedulikan asal kemapanan itu, mereka menginginkan pasangan yang mapan
agar hidupnya pun bisa terasa semapan pasangannya sekalipun dia waria.
Tetapi untuk mencari pasangan dengan pengalaman hidup yang tidak
senikmat dan sememalukan diatas, adalah sebuah pemberian yang indah atas
kehidupan cinta.
Mendapatkan pasangan yang mapan dan sexy
mungkin terdengar biasa. Mengukur kesetiaan pasangan dari jumlah
tabungan dan kartu kredit yang dimiliki juga terlihat membosankan.
Bagaimana dengan ketertarikan pada mereka yang memiliki segudang masalah
yang lebih rumit dan lebih cengeng? Mungkin pasangan abadi yang kita
tahu bisa saja berawal dari ingkaran kenikmatan yang diinginkan.
Beberapa orang lebih senang memiliki pasangan yang bermasalah dengan
harapan dapat merebut hatinya dengan membantu mencari solusi atas
masalah-masalah yang dimiliki. Dengan begitu mungkin saja kualitas
hubungan sejati akan tercipta dengan mengesampingkan kesempurnaan yang
dimiliki baik berupa fisik, financial, atau orientasi sexual.
Memiliki
pasangan yang diinginkan memang mempunyai kepuasan tersendiri. Namun
yang paling memberi rasa puas dalam kepuasan itu bisa saja berasal dari
proses koleksi, seleksi, dan resepsi yang terjadi dalam perjuangan
mengikat tali-tali cinta. Dan yang tidak boleh dilupakan adalah
menjalankan hubungan yang tidak menyalahi aturan yang sudah ada dan
menjaga komitmen yang telah dibuat.
Jika ada manfaat lebih
dari sini berarti luar biasa. Namun jika ada kekurangan dalam tulisan
ini, itu mungkin tulisan ini memang kurang panjang. Asslkm.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar