Jumat, 07 Oktober 2011

Relativitas dalam ketertarikan

Sebagai manusia (yang normal) rasa ketertarikan itu wajar. Beberapa mengatakan bahwa rasa ketertarikan itu datang secara naluriah, beberapa mengatakan “cinta pada pandangan pertama”, beberapa mengatakan itu sebuah kebutuhan, dan banyak beberapa yang hanya ingin melemaskan otot dibalik celana. Terkadang beberapa orang dalam ketertarikannya masing-masing dibumbui dengan spesifikasi dari bentuk lawan jenis yang mereka inginkan, misalnya berambut seperti apa, kulit hitam atau putih, mungkin saja apakah mereka berbulu atau berkaki empat.

Biasanya spesifikasi umum yang diinginkan seorang manusia sudah tersugesti dari berbagai media, seperti majalah, acara televisi, dan film porno. Misalnya lawan jenis yang mereka inginkan harus berambut panjang, kulit putih, bertubuh ideal, dan berkelamin. Mungkin saja hal seperti ini terjadi saat jaman modern dimulai. Tapi tidak bisa dipungkiri juga bahwa jaman dahulu sebelum media-media sugesti seperti diatas ada, hal inipun tetap saja terjadi.

Namun sebagian besar ketertarikan yang terjadi tetap saja didominasi oleh potensi fisik yang menawan. Banyak orang selalu mendambakan pasangan yang sesuai criteria yang diinginkannya tanpa mempertimbangkan potensi-potensi lain selain potensi fisik seperti kecerdasan, bakat, dan seberapa efisien pasangan yang kita inginkan dalam menggunakan dan merampas isi dompet kita. Faktor-faktor seperti diatas kadang diabaikan demi mendapat pasangan yang kita inginkan, entah untuk kesenangan semata, atau agar tidak terlihat memalukan jika harus menghadiri arisan bersama pasangan.

Tidak sedikit juga orang yang mengkriteriakan lawan jenis dambaan karena pengaruh lingkungan sekitar, misalnya saja mereka ingin mencari wanita yang berjilbab karena desakan orang tua, mencari pasangan yang cantik atau tampan agar bisa dipamerkan pada kerabat, mencari pasangan yang lebih tua karena kata orang lebih dewasa dalam menjalani hubungan, mencari yang sangat tua karena desakan kantong, dan mencari pasangan yang mudah terkelupas pakaiannya karena desakan cuaca yang ekstrem.

Beberapa kasus yang juga menjadi factor dalam mencari pasangan hidup adalah cerita kehidupan calon pasangan. Sebagian besar orang selalu mencari pasangan yang hidupnya terlihat sangat mapan entah karena memapankan dirinya atau dimapankan hidupnya oleh orang tua, kerabat, duda dan janda kesepian, area lokalisasi, ataupun lingkungan pemerintahan. Tanpa memedulikan asal kemapanan itu, mereka menginginkan pasangan yang mapan agar hidupnya pun bisa terasa semapan pasangannya sekalipun dia waria. Tetapi untuk mencari pasangan dengan pengalaman hidup yang tidak senikmat dan sememalukan diatas, adalah sebuah pemberian yang indah atas kehidupan cinta.

Mendapatkan pasangan yang mapan dan sexy mungkin terdengar biasa. Mengukur kesetiaan pasangan dari jumlah tabungan dan kartu kredit yang dimiliki juga terlihat membosankan. Bagaimana dengan ketertarikan pada mereka yang memiliki segudang masalah yang lebih rumit dan lebih cengeng? Mungkin pasangan abadi yang kita tahu bisa saja berawal dari ingkaran kenikmatan yang diinginkan. Beberapa orang lebih senang memiliki pasangan yang bermasalah dengan harapan dapat merebut hatinya dengan membantu mencari solusi atas masalah-masalah yang dimiliki. Dengan begitu mungkin saja kualitas hubungan sejati akan tercipta dengan mengesampingkan kesempurnaan yang dimiliki baik berupa fisik, financial, atau orientasi sexual.

Memiliki pasangan yang diinginkan memang mempunyai kepuasan tersendiri. Namun yang paling memberi rasa puas dalam kepuasan itu bisa saja berasal dari proses koleksi, seleksi, dan resepsi yang terjadi dalam perjuangan mengikat tali-tali cinta. Dan yang tidak boleh dilupakan adalah menjalankan hubungan yang tidak menyalahi aturan yang sudah ada dan menjaga komitmen yang telah dibuat.

Jika ada manfaat lebih dari sini berarti luar biasa. Namun jika ada kekurangan dalam tulisan ini, itu mungkin tulisan ini memang kurang panjang. Asslkm.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar