Sudah berapa hari ini warkop tempat berkumpul bersama teman-teman terasa seperti gua pertapaan. Situasinya terlihat ramai, namun tetap saja hambar bagiku. Keramaian yang terlihat terasa sepi, teh manis tanpa gula. Dalam atmosphere yang seperti itu, hanya sebuah notebook mungil yang siap menemani bersama beberapa batang sampoerna hijau yang terus lenyap tiap batangnya di tiap menit. Coba saja rasa ini bisa lenyap setiap menit seperti rokok itu, mungkin keramaian di warkop ini bisa terasa sepenuhnya.
Beberapa hari ini sikecil kesayanganku tak juga muncul batang hidungnya. Sesuatu yang bisa kurasakan darinya hanya satu pesan singkat dari dua hari yang lalu dan tak akan kuhapus agar pesan itu seperti muncul setiap hari dalam genggamanku. Sangat ingin ku bertanya tentang kabarnya setiap hari namun sepertinya dia mulai muak dengan kekhawatiranku yang menaunginya setiap hari pula. Kucoba bertanya pada semua penghuni warkop remang itu tentang kabar sikecil, tapi mereka pun belum melihatnya juga hingga sekarang. Badanku mulai tak terkontrol baik setiba dirumah. Mataku terus saja terjaga di subuh itu. sepaket makanan untuk sahur lengkap dengan penutupnya tak bisa membuat nafsu makanku berkobar. “woy! Cepat mi makan itu! mau mi imsak!!!” suara kakakku seperti meningkatkan emosiku. Tapi segera saja hilang dengan kegelisahan panjang ini. Aku coba bangun dari tempat tidur dan langsung menuju sofa diruang tamu untuk menyegarkan mata sejenak. Ya sejenak dan setengah jam pun telah hilang untuk waktu sahur. Aku hanya ingin tahu apa kabarnya sikecil pagi ini. Puasa hari ini bisa kujalani tanpa makan atau minum setetespun, yang penting aku tahu kabar sikecil saat ini apakah dia sudah makan, apakah dia sudah meminum obatnya, apakah tidurnya cukup, hanya itu saja yang aku butuhkan.
Esok hari aku kembali ke warkop remang itu. keadaan terlihat sama saja. Sikecil belum juga muncul dari pagi tadi di tempat itu. kembali kekhawatiranku memuncak. Inginku meneleponnya walau hanya semenit. Hanya untuk tahu kabarnya saja. Tapi sebaiknya tidak usah karena sepertinya dia sudah mulai membenci perhatianku, mengganggu kesenangannnya. Satu-satunya yang kutahu hanyalah keberadaannya sekarang, tapi itu tidak cukup bagiku. Sekarang aku hanya bisa kembali berkumpul bersama yang lain di warkop remang yang dinaungi pohon mangga itu. tiap tetes getahnya yang mengotori sekitar tubuhku seakan mewakili tangisku yang kusembunyikan karena sikapnya. Entah sikapnya atau penyesalan atas tindakanku terhadapnya. Ya, aku memang bukan peliharaan yang pandai dan baik untuknya. Aku hanya anjing yang cukup rakus untuk menerkam tulang rusuk yang tak empuk lagi khasnya dalamnya.
Sudah lama sekali aku tidak terjaga dalam wajah tidurnya yang lucu. Sudah lama juga aku tak mengusap lembut rambutnya dan mengantarkannya dalam nyenyak dini hari. Aku merindukan kedipan matanya dipagi hari setelah perokok cantik itu begadang semalaman. Ingin sekali lagi menemaninya melukis di pagi hari tanpa melepas mataku dari parasnya yang comel. Ceria, senyum, dan tawa manisnya sudah tak terlihat dan terdengar lagi olehku. Mungkin sepantasnya seperti itu karena aku hanyalah anjing. Seekor anjing bodoh yang tak berguna bagi gadis seindah itu. mungkin memang benar kata sahabatku, bahwa wanita hebat hanya akan bersama pria hebat pula, bukan seekor anjing!
Aku memang anjing goblok yang berharap menjadi manusia yang dapat hidup bersama sikecil mungil. Anjing tolol yang berharap akan diberikan rusuk segar dengan wajah memelas ke mata indahnya. Sikapnya kepadaku memang pantas bagi seekor anjing rabies yang menghadang jalan pulangnya menuju kebahagiaan. Dulunya aku berharap menjadi anjing pudle yang lucu dan selalu menemani tiap hentakan emosinya, namun sekarang aku hanyalah anjing jalanan yang kotor. Anjing hina ini memang tidak pantas memasuki rumah sikecil yang rapih dan bersih. Sebaiknya anjing dungu ini tidak mengotori tiap petak lantai kesuksesan dengan kaki berkuman milikku, anjing jahanam.
Mungkin saja dia lebih baik menjauh dari tempat ini agar tak mencium bau tak sedap dari bulu kotorku. Tidak! Tempat ini miliknya bersama teman-teman yang lain. Aku yang harus meninggalkan tempat ini. Dia akan lebih baik tanpa peliharaan yang hina ini di warkop remang kesayangannya.
Kembalilah, kembalilah gadis kesayanganku, kembalilah kesini, teman-temanmu membutuhkan hadirmu. Anjing tak berguna ini akan pergi membawa raga kotornya dari pandanganmu agar senyum ceria itu dapat kembali seperti dulu lagi. Kembalilah……………………………….
Tidak ada komentar:
Posting Komentar