Rabu, 21 September 2011

Memory


Mungkin untuk sebagian besar orang di Indonesia kota kenangan mereka adalah tempat yang luar biasa seperti  Jakarta, jogja, dan juga kota-kota di pulau bali. Tempat-tempat strategis pun menjadi objek kenangan yang biasa di memory mereka seperti pantai, gunung-gunung, dan perhotelan mungkin. Semuanya memberikan momen yang mereka anggap paling indah yang mereka alami. Akupun punya 1 kota yang tinggalkan kenangan manis walaupun tak sesuai yang diharapkan.

Pare-pare, Sulawesi selatan tempatku waktu itu. dan kenangan ku disana bersama sikecil. Tentu saja itu kejadian yang hebat karena bisa bersama dan terus melihat wajah sikecil 24 jam seperti sudah tinggal bersama dalam satu rumah. Hanya tinggal di dalam salah satu ruang kelas di sebuah universitas di pare-pare namun sepertinya hotel bintang lima sepertinya kurang bisa membuat kesan seperti disana. Tawa, stress, dan kelaparan yang membuat tempat itu indah. Tidur malampun harus di bawah lantai dan berdesakan untuk mendapatkan alas karpet tebal yang hangat karena angin di luar seperti ingin membawa nyawa semua orang dsitu dan bernafsu menumbangkan pohon-pohon di sekitar kamar yang berada di lantai 2. Biasanya aku lebih memilih tidur di luar di atas kursi kayu.walaupun anginnya sangat ganas aku bisa bangun jam 10 pagi. Tapi yang paling berkesan adalah menjaga tidur sikecil di malam berangin itu selama dua hari. Dia ingin tidur diluar dan tak bisa kularang. Dia tidur berbungkus jaket, celana panjang, dan selimut coklat dengan garis kotak-kotak merah kuning hijau kesayangannya. Dia seperti tidur dalam kamar ber-ac. Sangat menikmati tidurnya. Tidak kubuang kesempatan itu. jika di makasar aku hanya bisa memandangi wajahnya yang sedang tidur saat bangun pagi saja, disini aku bisa melihat wajah tidurnya yang lucu semalaman. Sambil ditemani rokok dan angin sejuk, aku tetap terjaga dan sambil menjaga tidur sikecil agar tak terganggu dengan angin malam. Sesekali aku memperbaiki selimutnya yang terbuka tertiup angin agar tetap hangat walaupun aku yakin dia tetap kedinginan saat itu. beberapa kali mataku jatuh oleh tiupan angin dan rasa kantuk yang sangat. Saat itu wajah mungil itu sangat manis. Jarang sekali kulihat wanita dengan mimic wajah yang cantik dan tenang seperti itu.
 hal itu terus berlanjut hingga pagi. Teman-teman yang lain sudah membereskan perlengkapan tidurnya dan meninggalkan teras tempat tidur semalam dan melanjutkan tidur mereka di dalam ruangan. Tapi sikecil masih terlelap dalam tidurnya. Walaupun yang lain menyuruhku untuk tidur dulu di dalam ruangan tapi aku tak bisa. Sikecil belum bangun. Aku tak mau jika dia harus bangun dengan rasa kantuk yang belum terpuaskan. Pukul 9 siikecil mulai membuka matanya. Setelah bangun tanpa mengucapkan apapun dia langsung beranjak dari bangku kayu itu dan masuk ke dalam ruangan kelas. Aku bingung ada apa. Aku ditinggal begitu saja tanpa ada selamat pagi atau kedipan mata walau hanya sebentar. Tapi taka pa setidaknya aku sudah merasa puas melihat wajah manisnya saat tidur walaupun ia bersikap seperti itu padaku.

Tempat lain yang menjadi kenanganku bersama sikecil adalah tempat-tempat disepanjang jalan dari makasar ke pare-pare. Aku masih ingat persis warung-warung yang kami singgahi untuk istirahat. Aku juga masih ingat beberapa SPBU yang kami singgahi untuk menggunakan toilet. Masih kuingat pula tawanya saat kami bercanda di atas sepeda motor disepanjang jalan berdebu. Entah dia masih ingat semua itu atau tidak aku tak perduli yang jelas sikecil telah memberiku banyak pengalaman bodoh tapi ingin terus kulakukan bersamanya. Selamanya harapanku.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar