Rabu, 21 September 2011

lupakan si kecil

Apa kalian tahu teman, seperti biasa temanmu ini sekali lagi hanya bisa pengecut goblok yang tidak bisa tentukan tujuan hidupnya. Mau ini, mau itu, tapi apa yang telah aku lakukan? TIDAk ADA! Dari dulu isinya Cuma rencana, rencana, dan merencanakan sesuatu yang hasilnya sudah bisa dipastikan, NOL! Tak ada tindak lanjut. Tak ada aksi. Raga menangisi kematian pikiran yang sejatinya penghuni neraka.

Hari ini aku sudah memutuskan untuk tidak mengulangi kesalahan itu. Tapi melihat sifatku, itu hanya terlihat seperti rencana gagal lainnya. Entah kenapa keyakinan itu kudapat bukan karena adanya konflik hingga membunuh batin seseorang, malahan aku menjadi yakin karena memandanginya keseluruhan. Setiap hari aku memandangi sikecil di wajahnya yg mungil. Tiap hari itu pula terasa makan sesak ditiap detiknya. Semakin pandanganku terfokus kematanya, maka makin hancur tubuhku hingga ke tulang. Aku sadar aku tidak bisa menjaganya seperti orang normal karena DIA TIDAK BIASA.matanya yang mengkilap itu seakan memanggilku “ hey kemarilah kalau kau berani, dungu!!!” dan akupun segera mengiyakan panggilan itu. Ya, aku memang DUNGU!

Sikecil mampu menopang hidupnya sendiri. Ia mampu menghadapi bencana sekelilingnya. Jadi apakah aku masih bisa berguna untuknya kelak? Pertanyaan yang harusnya terpikir lebih dulu sebelum jatuh dan meremukan rangkaku sendiri.

Malam ini pun kembali seperti itu. Namun, kali ini aku berusaha mengikat dan menyalib diriku sendiri agar tak lagi dapat melayang kemanapun sikecil meniupku. aku terbangun oleh langkah merdu sikecil yang memaksaku untuk bangun dari tidur yang tidak sepantasnya itu. Aku melihatnya duduk di depan jendela ruangan itu sambil memegang telepon genggamnya dan laptop dari laci tepat di hadapanku. Tentu saja aku tak bisa berkata saat itu juga. Aku bangun dan duduk setelah ia keluar dari ruangan itu dan aku hanya bisa terdiam memandang lantai dengan kosong sambil menahan tekanan di dadaku yang membuatku hampir tak bernafas. Saat itu sikecil masuk dan berbicara padaku. Entah apa yang ia tanyakan. Aku hanya bisa terus menatap lantai hingga ia mencoba menutupi pandanganku dengan matanya. Ia lalu bertanya “ kenapa denganmu? Matamu terlihat merah.” Sambil berjongkok dan menekan wajahku dengan matanya. “ tidak apa2 Cuma mau duduk dulu.” Jawabku sambil menyembunyikan rasa sakit yang menjebol dadaku dan terus bertambah berat hantamannya saat ia menatapku lagi dengan tatapan yang biasanya. Lalu ia mengambil tasnya dan mengeluarkan obat tetes mata dan menyerahkannya padaku. “simpan saja aku tidak butuh itu.” setelah itu ia meninggalkannya di ruangan dan mengambil tasnya untuk segera keluar dari ruangan itu.namun seperti biasa rasa khawatir akan tujuannya memaksaku untuk mengumpulkan nafas sebanyak-banyaknya dan bertanya padanya “mau kemana?”. Dia bilang akan pergi keruangan di depan berkumpul bersama temannya seperti biasa.

Akhirnya aku sendiri di ruangan itu. entah aku harus senang atau kecewa karena ia meninggalkanku sendiri dan memberikan waktu yang cukup untuk menyalib dan membocorkan isi kepalaku. Aku berharap setelah aku membuka mata dari tidurku nanti, bayangannya akan pudar dalam memoriku. Cukup sudah cerita cengeng seperti ini. Aku harap kaulah yang terakhir yang membuat tingkat kebodohanku mencapai rating tertinggi disini. Semoga lain kali aku dapat merubah skor kegagalanku dengan seorang wanita yang seperti rupamu. Terima kasih atas waktu pelajaran yang kau berikan,si kecil. You always my best.

Tidak ada komentar:

Posting Komentar