Menuju akhir malam minggu yang kelam tak bermandikan cahaya bulan yang ditelan hilang oleh hitam pekatnya awan, mataku tak kunjung terpengaruh oleh gravitasi bumi. Sudah ku coba meneguk beberapa gelas kopi namun rasa kantuk itu tak kunjung memenuhi kepalaku. Kucoba mengelilingi sekitar rumah dengan harapan akan menghabiskan tenagaku dan akhirnya raga ini meminta haknya untuk menidurkan dirinya sejenak. Sialan! Kenapa aku tak bisa tidur? Tiba-tiba aku teringat seseorang diseberang memoriku yang selalu mengganggu pikiranku sejak tiga hari lalu. Itu dia! Memori itu yang tak bisa membuatku terlelap. Aku mencoba mengambil telepon genggamku dan berharap aku bisa mendengarkan suara dewi aprhodite yang dapat mengantar ragaku ke tempat peristirahatannya. Tombolnya ku pencet dan harus kembali mendengar suara dengungan tak jelas yang harus dilahap oleh telingaku yang haus akan rasa rindu dengan suara penenang yang dulu. 3 kali aku coba untuk menghubunginya namun selalu dijawab oleh wanita yang selalu setia menjawab panggilan yang tak bertujuan. Ku coba sekali lagi, dengan rasa cemas akan kegagalan yang lama terjadi. Yes!!! Panggilanku di jawab oleh suara dewi aprhodite yang selama ini bayangannya mengganggu tidurku. Sapaannya seakan susunan nada music jazz yang menyejukan hati yang sedang tak teratur seiring nafasku. Terus kulakukan pembicaraan tentang apapun untuk tetap menjaga suaranya tetap menggema ditelinga batinku. Kejadian itu berlangsung selama 5 menit, namun 5 menit itu lebih berguna dari pada berjalan tengah malam dan segelas kopi.
Dalam tidurku aku merasa damai lebih dari tidurku selama beberapa tahun ini. Ini tidurku yang paling nikmat. Tanpa makan malam mewah ataupun ditemani dayang-dayang, namun tiap kata yang keluar dari kedua belah bibirnya yang menghangatkan tidurku. Dalam tidur yang tenang itu, lebih tenang dari jazad tanpa nyawa, aku mendapatkan hadiah luar biasa walaupun berbentuk mimpi yang hanya sesaat. Dalam mimpiku aku berwisata bersama semua temanku dan tentunya bersama gadis yang selalu mengganggu kerja otakku. Entah dimana tempat kami berpijak, tapi aku hanya ingat wajah manis yang menemaniku di depan pemandangan kanal kota yang luas sambil berbaring di lereng rumput hijau yang bergoyang seiring tiupan angin dan disinari cahaya merah langit senja. Kami berdua saling menatap mata masing-masing. Aku tidak pernah melihat kecerahan mata seorang wanita yang sangat kontras dan mendominasi sinar senja kala itu.
Ahhh!!! Tiba-tiba aku dibangunkan oleh detak jam dinding yang sangat jelas terdengar dalam kesunyian pukul 4 pagi. Aku belum rela melepas mimpi yang takan jadi kenyataan itu. Dia terlalu menggoda. Kucoba untuk terlelap kembali berharap mimpi itu hanya dihentikan sementara dan dapat dilanjutkan kembali. Tapi sia-sia. Mataku terus terjaga dan terus terjaga hingga cahaya fajar menampar wajahku.
Pesan pembunuh!!! Itu yang terjadi ketika aktifitas pagi dimulai. aku memulai mengirim pesan selamat pagi kembali pada pujaanku. Tapi apa balasannya? Aku malah menerima berita bahwa ia sudah bersama orang lain. Seseorang yang berada ditempat dan waktu yang tepat. Sial! Kenapa saat itu tak muncul niat dalam otakku untuk menyusul ke gubuknya yang indah! Dasar tolol! Sungguh bodoh diriku! Saat itu otakku dan seisinya seakan ditarik oleh burung gagak dan dibawa pergi. Aku tak bisa memikirkan apa-apa lagi. Otakku hanya dipenuhi dengan berbagai macam merek rokok kretek yang akan ku hisap hari ini. Rusak, hancur, seperti mobil tua yang disiap dijual setiap bagian besinya. Otakku sudah tak bisa digunakan seperti biasa. Saat itu silet dan pisau terlihat sangat bersahabat dan menjanjikan solusi pada pikiran yang telah hilang kesadarannya. Sendal jepit hasil pinjaman dan tembok rumahpun menjadi pelampiasan emosi yang telah mengambil alih kontrol akal sehatku. Kutampar pipiku sendiri hingga merah merona seperti makeup seorang pelacur menggunakan sandalku itu. Tanganku juga tak merasakan lagi sakit yang telah bermigrasi seluruhnya dalam hati menghantam tembok rumah dengan penuh benci di setiap sudut pukulan. Saat itu adalah hari terburuk dalam hidupku. Belum pernah aku merasakan penyesalan yang amat sangat seperti saat ini. Sampai saat ini aku masih berpikir cara apa yang digunakan laki-laki itu untuk mendapatkan hati dewi aprhodite pujaanku. Aku juga berpikir kenapa salah seorang yang sangat aku sayangi itu bisa masuk dalam perangkap cinta pria itu walaupun ia tau aku sangat menyayanginya.
Foto cantik miliknya yang ku pajang di setiap benda pribadiku seakan menjadi mimpi buruk yang memberikan pengharapan yang sangat berlebihan. Aku yang biasanya dapat membuat tulisan pendek hanya dalam beberapa jam kini menjadi mandul akan karya dan ide. Aku sudah tidak perduli dengan yang sudah terjadi. Karena seberapa keras kucoba lagi, pasti dunia akan merancang sedemikian rupa agar aku selalu gagal mengeksistensikan harapanku. Aku sudah bosan berharap, aku bosan menjadi pria gagal dengan macam masalah yang sama namun beda subjek, dan akan kalian lihat sisi lain diriku yang akan kalian semua sesali karena keberadaannya, seorang isocialis psikopat harapanku.
+"Saat kalian terus meminum obat yang sama setiap hari, kalian semua akan ketagihan dan kebal dengannya dan akhirnya dia akan membunuh kalian semua"+
Tidak ada komentar:
Posting Komentar