Sore hari dimana sebagian orang masih terlelap dalam tidur siangnya, anak-anak saling mengejar satu sama lain, dan tangisan bayi yang baru bangun dan harus belajar suasana dunianya saat itu. Pukul 04.20 sore adalah waktu yang menurutku tak hanya sekedar perputaran waktu yang akan hilang ditelan malam. Matahari saat itu sudah tidak memberikan panas yang berlebihan seperti teriknya siang. Sinarnya yang lembut dan menyejukan mata terpantul indah di padang rumput hijau. Induk ayam yang selalu kesana kemari mencari sebutir biji-bijian dan anak-anaknya selalu mengekorinya menambah penampilan kehidupan yang sebenarnya.
Entah kenapa aku tiba-tiba berharap akan muncul sesosok gadis dari antara rerumputan liar itu dan bersinar bersama tarian rumput menghangatkan hatiku. Angin semilir membelai lembut kulit dan setiap rambut di tubuhku yang menyadarkanku “bangunlah! Itu tidak nyata!”, sambil menyadarinya, seteguk kopi nikmat segar menjernihkan kembali pikiranku. Harapan itu membuatku terdiam selama beberapa menit . tiupan angin sore dan nyala tarian rumput hijau mengeluarkan kembali memori yang selalu ingin kuhapus dari otak bebal ini. Saat itu seakan bumi ingin aku membagi cerita dengannya.
Saat itu aku mulai bertanya, apa yang coba diberitakan pekarangan itu padaku. Apakah ilusi yang dia berikan tadi adalah hadiah, atau justru sesuatu yang diberikan sebagai peringatan padaku bahwa semua itu tak akan ku dapatkan. Tapi satu yang secara tak sengaja aku mengerti apa yang ia mau, cinta. Dia seakan ingin menjelaskan kepadaku seperti apa cinta yang ideal. Akupun berpikir selama ini hidupku telah dipenuhi berbagai macam cinta, dan salah satunya telah membuat hidupku berantakan. Bumi berkata bahwa cinta seharusnya memberikan keindahan yang menyejukan jiwa penikmatnya. Namun untuk cinta yang satu ini tak seperti itu.
Cinta itu memberikan janji kepastian akan ledakannya, berjanji akan membangun jiwa yang lebih kokoh, lebih dewasa, dan kebahagiaan tak terbatas. Saat paling indah dalam cinta yaitu saat memperjuangkannya agar menjadi koloni jiwa kesepian. Rasa canggung pertama, pembicaraan yang bodoh yang tak pernah keluar dari bibirku, membuat perjuangan untuk mendapatkannya semakin seru bak game digital. Tapi puncak kesenangan dari perjuangan itu adalah saat ia tahu you fight for her, akan ada kejutan yang berbeda-beda ditiap pilihan.
Tapi pernahkah kalian ingat gagalnya perjuangan para ksatria pasti akan terjadi. Begitupun cinta yang satu ini. Saat kau telah di atas angin dan bersikap seperti seorang yang telah menang perang tanpa melihat kembali bahwa masih ada musuh yang lain sedang mengancam, disitulah cinta akan mematahkan rusuk jiwamu. Kau marah, kau menyesal, mengumpat, memaki, bahkan menghancurkan istanamu sendiri agar luka itu tersalurkan pada objek-objek tak berdosa dan menyelamatkan jantungmu yang telah rapuh karena peringatan pertama. Kau merasa harga dirimu telah jatuh setara kotoran busuk yang hina. Senjata perang pun sangat menggoda otak yang telah hilang kendali ini untuk di hunuskan kebadan yang telah rapuh jiwanya ini setelah tertembak senapan asmara beramunisikan selongsong cinta kosong tanpa peluru kasih didalamnya.
Wahai bumi! apakah aku tidak pantas? Apakah aku tidak boleh mengecap cinta walaupun hanya sebentar? Walaupun hanya untuk mengatakan aku sangat menyayanginya? Aku tidak sanggup melihat sekelilingku yang selalu ditemani cintanya masing-masing sedangkan aku merana berteman asap rokok dan tegukan kopi yang tak dapat menolongku untuk memikul kasih sayang yang sangat menyakiti pundak hatiku. Setiap melihat mereka yang telah berhasil perjuangkan cinta mereka, rasa dengki dan iri terus teriup kencang dalam pundi-pundiku dan siap meledak saat mereka tak dapat lagi menahan semua rasa itu.
Hei bumi! Apa maksudmu memberikan bayangan seindah tadi jika kau hanya ingin merusak setiap organ dalam tubuhku? Lebih baik kau penggal kepalaku dari pada kau meninggalkan stigma yang hitam penuh belatung ini di dadaku. Cuma satu yang kuminta darimu, izinkanlah aku merasakannya! Merasakan cinta yang menjadi hak semua manusia yang hidup di wajahmu! Berikanlah walaupun hanya beberapa menit saja. Kumohon, aku sudah malu untuk meminta pada Tuhan. Permintaanku terlalu banyak dan terlalu mengawan.
Kenapa yang selalu aku cintai hanya menganggapku sebagai tempat sampah kegalauan hati! Aku muak! Muak dengan semua tawaranmu, bumi! Kenapa kau biarkan gadis itu membawa kunci rumah kasihku sedangkan kau tahu dan kau telah mengatur dia akan tinggal di rumah yang lain!? Andaikan ada pedang yang dapat membelahmu, akan kulakukan sekarang juga! Bangsat!
Tapi bagaimanapun, aku masih disini, berpijak di atas kulitmu, makan, dan akan mati di wajahmu juga. Sekali lagi aku memohon, izinkanlah aku untuk melihat, merasa, dan menggenggam cinta walau hanya sejenak saja di waktumu yang paling indah dan sejuk, 04.20 PM, my lovely moment.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar