Senin, 16 April 2012

VALENTINA



Ruang kecil bawah tangga sekilas Nampak kumuh pagi itu. Gelas-gelas kopi bertebaran di depan taman keramik lengkap dengan abu rokok dari para penghuninya. Pagi itu, Valentina keluar dari pintu, merapihkan rambut yang menemani tidurnya, menikmati mentari membelai dinginnya tubuh cantik gadis ceria itu. Kesibukan biasapun dimulai. Para orang tua masuk ke kelas untuk mengejar gelar mereka, sedangkan anak anak berjalan  menikmati udara pagi sambil menjajahkan cemilan.
Valentina, gadis cantik berambut panjang yang selalu ceria, lebih tepatnya terlihat selalu ceria. Dia berasal dari keluarga yang sempurna. Punya ayah dan ibu, beberapa saudara, dan kerabat yang selalu mencintainya. Para sahabatnya juga mencintai dan menyayanginya karena mereka semua juga mendapat hal serupa dari Valentina.
Gadis itu memang terlihat selalu ceria. Ya, terlihat selalu ceria. Selalu berbagi kisah pada beberapa teman yang ia percaya tentang sesuatu yang tidak terlihat selalu ceria. Dia selalu optimis dalam tiap langkahnya meniti satu persatu susunan keramik, tanpa kecurigaan bahwa beberapa keramik telah usang dan tak bisa menopang seluruh beban hidupnya.
Dalam ketidaksadaran orang-orang, dia menangis. Dia menangis dalam tawa. Dia menangis dalam indahnya keramaian. Dia menangis dalam kemegahan. Dia menangis dalam pelukan. Dia gadis yang terlihat selalu ceria dan menangis dibelakang itu semua. Entah sudah berapa kali orang-orang yang disayanginya menambah kerapuhan keramik lama tempat ia berpijak.
Valentina memiliki seekor anjing peliharaan yang selalu setia dan patuh pada semua keinginan Valentina, Scum. Scum berekspresi seperti Valentina saat mereka bersama. Suatu saat scum mulai merasa tuannya sudah tak sebahagia dulu. Dia mencoba mengajak Valentina bermain lempar kayu dan berguling-guling gemas di depannya untuk melihat gadis manis itu kembali selalu ceria. Namun scum hanya terdiam dan diabaikan oleh Valentina. Scum mulai menyerah untuk menghiburnya dan merasa sudah tidak berguna lagi bagi Valentina. Ia pun melepas kalung penandanya dari leher yang diberikan Valentina saat perayaan api unggun tahun lalu dan ingin mengembalikannya pada Valentina. Tapi scum masih merasa malu padanya dan akhirnya hanya meletakan kalung bergambar beruang itu di rak buku tempatnya menghabiskan waktu. Scum pergi dari rumah dan hanya akan kembali jika Valentina mencarinya.
Entah apa yang dipikirkan oleh Valentina. Ia tak sadar akan hidupnya yang berjalan diatas alas rapuh. Langkahnya pun tersendat oleh tanaman rambat dari pagar rumah keluarganya. Tak terlihat jelas seberapa lebat tanaman itu karena tertutupi semangat hidup hingga scum dan anjing anjingnya yang lain merasa diabaikan dan tidak akan bisa lagi menemaninya di dalam rumah.
Valentina mencoba untuk lari dari rumahnya. Lari dari pengekangan, lari dari kurungan harapan. Ia berlari dan tinggal di ruang kecil bawah tangga yang kumuh bersama buku-buku bacaan baru. Buku humor, buku filsafat, buku psikologi, dan buku-buku novel tentang imaginasi dan kepahitan hidup. Kesedihan, rasa senang, dan kebencian manusia dituangkan Valentina dalam coretan-coretan kecil dalam setiap buku bacaannya.
Valentina. Dia terlalu indah untuk hidup kejam seperti itu. Pribadinya masih kecil. Dia terlalu lama terhambat oleh lebatnya tanaman rambat di pagar rumah. Dia terlalu cantik untuk ditemani hanya dengan satu scum. Dia membutuhkan seekor golden retriever dari pada 10 anjing lokal. Dia butuh lebih banyak buku berkualitas untuk mencoret kembali tiap lembarnya.

Valentina. Teruslah berlari. Masih banyak keramik-keramik dengan corak indah yang akan kau jumpai. Valentina. Teruslah berlari. Masih banyak lilitan tanaman rambat di kaki dan lehermu. Teruslah berlari hingga semuanya lepas dan langkahmu akan kembali bebas. 

Tidak ada komentar:

Posting Komentar