Sudah berapa hari ini warkop tempat berkumpul bersama teman-teman terasa seperti gua pertapaan. Situasinya terlihat ramai, namun tetap saja hambar bagiku. Keramaian yang terlihat terasa sepi, teh manis tanpa gula. Dalam atmosphere yang seperti itu, hanya sebuah notebook mungil yang siap menemani bersama beberapa batang sampoerna hijau yang terus lenyap tiap batangnya di tiap menit. Coba saja rasa ini bisa lenyap setiap menit seperti rokok itu, mungkin keramaian di warkop ini bisa terasa sepenuhnya.
Beberapa hari ini sikecil kesayanganku tak juga muncul batang hidungnya. Sesuatu yang bisa kurasakan darinya hanya satu pesan singkat dari dua hari yang lalu dan tak akan kuhapus agar pesan itu seperti muncul setiap hari dalam genggamanku. Sangat ingin ku bertanya tentang kabarnya setiap hari namun sepertinya dia mulai muak dengan kekhawatiranku yang menaunginya setiap hari pula. Kucoba bertanya pada semua penghuni warkop remang itu tentang kabar sikecil, tapi mereka pun belum melihatnya juga hingga sekarang. Badanku mulai tak terkontrol baik setiba dirumah. Mataku terus saja terjaga di subuh itu. sepaket makanan untuk sahur lengkap dengan penutupnya tak bisa membuat nafsu makanku berkobar. “woy! Cepat mi makan itu! mau mi imsak!!!” suara kakakku seperti meningkatkan emosiku. Tapi segera saja hilang dengan kegelisahan panjang ini. Aku coba bangun dari tempat tidur dan langsung menuju sofa diruang tamu untuk menyegarkan mata sejenak. Ya sejenak dan setengah jam pun telah hilang untuk waktu sahur. Aku hanya ingin tahu apa kabarnya sikecil pagi ini. Puasa hari ini bisa kujalani tanpa makan atau minum setetespun, yang penting aku tahu kabar sikecil saat ini apakah dia sudah makan, apakah dia sudah meminum obatnya, apakah tidurnya cukup, hanya itu saja yang aku butuhkan.
Esok hari aku kembali ke warkop remang itu. keadaan terlihat sama saja. Sikecil belum juga muncul dari pagi tadi di tempat itu. kembali kekhawatiranku memuncak. Inginku meneleponnya walau hanya semenit. Hanya untuk tahu kabarnya saja. Tapi sebaiknya tidak usah karena sepertinya dia sudah mulai membenci perhatianku, mengganggu kesenangannnya. Satu-satunya yang kutahu hanyalah keberadaannya sekarang, tapi itu tidak cukup bagiku. Sekarang aku hanya bisa kembali berkumpul bersama yang lain di warkop remang yang dinaungi pohon mangga itu. tiap tetes getahnya yang mengotori sekitar tubuhku seakan mewakili tangisku yang kusembunyikan karena sikapnya. Entah sikapnya atau penyesalan atas tindakanku terhadapnya. Ya, aku memang bukan peliharaan yang pandai dan baik untuknya. Aku hanya anjing yang cukup rakus untuk menerkam tulang rusuk yang tak empuk lagi khasnya dalamnya.
Sudah lama sekali aku tidak terjaga dalam wajah tidurnya yang lucu. Sudah lama juga aku tak mengusap lembut rambutnya dan mengantarkannya dalam nyenyak dini hari. Aku merindukan kedipan matanya dipagi hari setelah perokok cantik itu begadang semalaman. Ingin sekali lagi menemaninya melukis di pagi hari tanpa melepas mataku dari parasnya yang comel. Ceria, senyum, dan tawa manisnya sudah tak terlihat dan terdengar lagi olehku. Mungkin sepantasnya seperti itu karena aku hanyalah anjing. Seekor anjing bodoh yang tak berguna bagi gadis seindah itu. mungkin memang benar kata sahabatku, bahwa wanita hebat hanya akan bersama pria hebat pula, bukan seekor anjing!
Aku memang anjing goblok yang berharap menjadi manusia yang dapat hidup bersama sikecil mungil. Anjing tolol yang berharap akan diberikan rusuk segar dengan wajah memelas ke mata indahnya. Sikapnya kepadaku memang pantas bagi seekor anjing rabies yang menghadang jalan pulangnya menuju kebahagiaan. Dulunya aku berharap menjadi anjing pudle yang lucu dan selalu menemani tiap hentakan emosinya, namun sekarang aku hanyalah anjing jalanan yang kotor. Anjing hina ini memang tidak pantas memasuki rumah sikecil yang rapih dan bersih. Sebaiknya anjing dungu ini tidak mengotori tiap petak lantai kesuksesan dengan kaki berkuman milikku, anjing jahanam.
Mungkin saja dia lebih baik menjauh dari tempat ini agar tak mencium bau tak sedap dari bulu kotorku. Tidak! Tempat ini miliknya bersama teman-teman yang lain. Aku yang harus meninggalkan tempat ini. Dia akan lebih baik tanpa peliharaan yang hina ini di warkop remang kesayangannya.
Kembalilah, kembalilah gadis kesayanganku, kembalilah kesini, teman-temanmu membutuhkan hadirmu. Anjing tak berguna ini akan pergi membawa raga kotornya dari pandanganmu agar senyum ceria itu dapat kembali seperti dulu lagi. Kembalilah……………………………….
Rabu, 21 September 2011
Danau pelepasan
Sepertinya sebuah keputusan untuk memulai ketidak keseimbangan pikiran sudah kulakukan hari ini, sepertinya begitu. Kembali menuju danau yang sudah kunikmati dua kali pijatan refleksinya. Kembali pula bertemu dengan pohon yang menguning penghuni tanah yang terhubung dengan daratan di sebelahnya hanya dengan jembatan yang telah rusak, tinggal beberapa balok kayu sebagai pijakan. Pohon itu dikelilingi oleh beberapa kumpulan bebek yang sedang tidur siang. Anginnya cukup, matahari juga tidak terlalu terik dipukul 13.00 itu.
Kusapa kembali pohon tua itu sambil duduk bersila di dekatnya bersama kelompok bebek pemalas itu dan ia menjawab dengan menjatuhkan rantingnya yang kering tepat di lututku. Sambil menikmati gelombang air kecil di danau itu, ku keluarkan segudang cerita dari seorang budha, ajhan bhram tentang pelepasan dari tas usang milikku. Sepertinya cerita itu menarik untuk dipraktekan di danau itu. pertama kekuatan pikiran sejati terletak di titik interseksi antara rasa sedih dan kesenangan yang tersimpan dalam memory, dan kita harus dapat mencapai itu. kuambil posisi bersila, membuat liapatan tangan yang membuat jari-jariku nyaman. Aku mulai mengingat keputusan yang kuambil tadi sebagai pilihan dalam kegagalan sebuah pencapaian yang kuperjuangkan beberapa minggu ini. Itu adalah memory rasa sedih yang kumiliki. Lalu aku mengingat kesenangan yang ku alami saat meniti pencapaian yang tak kunjung terlihat ujungnya itu. setelah itu kucoba mengingat keduanya sekaligus dan mempertemukannya dalam tempat kami semua menyiangi diri. Lama aku berdiam dalam posisi itu. dan apa yang terjadi adalah rasa sedihku kini perlahan ditarik oleh makhluk dari danau dan menyeretnya hingga tenggelam dalam keruhnya air danau. Rasa senangku kini diambil oleh kumpulan bebek yang berkumpul dekat pohon tuaku dan menyuarakannya bersama riuh dahan pohon dan diterbangkan angin. Skarang aku kosong. Mereka semua telah mengambilnya. Tapi apakah ini yang dimaksud ajaran budha itu? titik nol yang harus kita capai. Sepertinya aku sudah memulai proses pelepasan itu. kedua aku harus merelakan semua yang telah diambil ekosistem danau itu dan membiarkan mereka memprosesnya dan aku harus kembali mencerna vesesnya. Setelah mereka menyerap punyaku, sekarang aku harus menyerap secara keseluruhan yang mereka berikan. Angin yang menggelombangkan air danau itu seakan sengaja berhembus kembali melewati kedua lobang hidungku dan memintaku untuk menghirupnya dalam-dalam. Sekarang kepalaku sedikit pusing. Getaran rumput disekitarku menyeimbangkan kembali tubuhku yang mulai goyah dalam posisi itu. suara bebek yang sepertinya bercakap dengan sesamanya seakan bernyanyi dalam telingaku menyelaraskan kembali sel-sel otak yang selama ini tak berkembang setelah peristiwa yang membutakan hati. Pohon itu kembali menjatuhkan seuatu padaku. Kali ini buahnya yang sedikit keras dijatuhkan tepat dikeningku seakan mengingatkan “hey bangunlah! Buanglah nafas yang segar itu dan kembalilah keduniamu”. Segera kuhembuskan perlahan sambil diikuti sisa-sisa kotoran hati yang menyangkut di bulu hidung, terasa gatal namun nikmat. Ketiga, jika tasmu masih terasa berat menggantung di punggungmu, cobalah berdamai dengannya dengan membuang separuh memori pahitmu yang kau simpan rapih dan menumpuk didalamnya. Itu berhasil.
Setelah itu kurapikan diriku dan berjalan ringan sambil menyapa pohon tua dan bebek-bebek malas itu . aku akan kembali lagi besok. Kita bercerita lagi tentang bagian kalian besok.
Kusapa kembali pohon tua itu sambil duduk bersila di dekatnya bersama kelompok bebek pemalas itu dan ia menjawab dengan menjatuhkan rantingnya yang kering tepat di lututku. Sambil menikmati gelombang air kecil di danau itu, ku keluarkan segudang cerita dari seorang budha, ajhan bhram tentang pelepasan dari tas usang milikku. Sepertinya cerita itu menarik untuk dipraktekan di danau itu. pertama kekuatan pikiran sejati terletak di titik interseksi antara rasa sedih dan kesenangan yang tersimpan dalam memory, dan kita harus dapat mencapai itu. kuambil posisi bersila, membuat liapatan tangan yang membuat jari-jariku nyaman. Aku mulai mengingat keputusan yang kuambil tadi sebagai pilihan dalam kegagalan sebuah pencapaian yang kuperjuangkan beberapa minggu ini. Itu adalah memory rasa sedih yang kumiliki. Lalu aku mengingat kesenangan yang ku alami saat meniti pencapaian yang tak kunjung terlihat ujungnya itu. setelah itu kucoba mengingat keduanya sekaligus dan mempertemukannya dalam tempat kami semua menyiangi diri. Lama aku berdiam dalam posisi itu. dan apa yang terjadi adalah rasa sedihku kini perlahan ditarik oleh makhluk dari danau dan menyeretnya hingga tenggelam dalam keruhnya air danau. Rasa senangku kini diambil oleh kumpulan bebek yang berkumpul dekat pohon tuaku dan menyuarakannya bersama riuh dahan pohon dan diterbangkan angin. Skarang aku kosong. Mereka semua telah mengambilnya. Tapi apakah ini yang dimaksud ajaran budha itu? titik nol yang harus kita capai. Sepertinya aku sudah memulai proses pelepasan itu. kedua aku harus merelakan semua yang telah diambil ekosistem danau itu dan membiarkan mereka memprosesnya dan aku harus kembali mencerna vesesnya. Setelah mereka menyerap punyaku, sekarang aku harus menyerap secara keseluruhan yang mereka berikan. Angin yang menggelombangkan air danau itu seakan sengaja berhembus kembali melewati kedua lobang hidungku dan memintaku untuk menghirupnya dalam-dalam. Sekarang kepalaku sedikit pusing. Getaran rumput disekitarku menyeimbangkan kembali tubuhku yang mulai goyah dalam posisi itu. suara bebek yang sepertinya bercakap dengan sesamanya seakan bernyanyi dalam telingaku menyelaraskan kembali sel-sel otak yang selama ini tak berkembang setelah peristiwa yang membutakan hati. Pohon itu kembali menjatuhkan seuatu padaku. Kali ini buahnya yang sedikit keras dijatuhkan tepat dikeningku seakan mengingatkan “hey bangunlah! Buanglah nafas yang segar itu dan kembalilah keduniamu”. Segera kuhembuskan perlahan sambil diikuti sisa-sisa kotoran hati yang menyangkut di bulu hidung, terasa gatal namun nikmat. Ketiga, jika tasmu masih terasa berat menggantung di punggungmu, cobalah berdamai dengannya dengan membuang separuh memori pahitmu yang kau simpan rapih dan menumpuk didalamnya. Itu berhasil.
Setelah itu kurapikan diriku dan berjalan ringan sambil menyapa pohon tua dan bebek-bebek malas itu . aku akan kembali lagi besok. Kita bercerita lagi tentang bagian kalian besok.
Kado dari ayah
Suatu hari aku sedang berjalan menuju rumahku untuk tidur siang. Setibanya dirumah, Ayah menghampiriku sambil membawa sebuah kado dengan bungkus kado warna ungu dengan gambar-gambar yang sedikit anarkis. Ayah duduk disampingku lalu menyerahkan kado itu padaku “ini untukmu. Saat kau telah membukanya, jagalah dengan baik”. Aku sedikit bingung, apakah hari ini aku berulang tahun. “mengapa kau memberikanku kado ini? Ulang tahunku masih 1 bulan lagi” tanyaku penasaran. “apakah butuh alasan untuk memberikanmu hadiah?” Tanya Ayah padaku dan aku hanya terdiam dalam kebingungan. “baiklah aku berjanji untuk menjaganya, dan aku bersumpah akan merawatnya dengan baik saat kubuka nanti” aku menjawab dengan keyakinan penuh. Setelah itu ayah bangun dari duduknya dan pergi istirahat di kamar atas.
Sesampainya dikamar, aku masih penasaran dengan maksud ayah memberikan kado ini. Dari pada memikirkannya sebaiknya aku buka saja kado ini. Kupikir kado ini keren juga dengan gambar anarkis seperti ini. Sangat manis dengan warna ungunya tapi tetap dihiasi dengan ornament yang keren ini. Pertama kusobek kertas pembungkusnya perlahan dan rapih karena bungkusnya bagus untuk sampul buku. Setelah terbuka seluruhnya, didalamnya masih terbungkus kertas dengan warna emas. Wow dia pasti benar-benar ingin membuatku penasaran. Kubuka lagi bungkus emas itu perlahan untuk kusimpan sapa tau bisa digunakan nanti. Didalamnya terbungkus lagi, namun kali ini bukan kertas tapi sebuah brankas kecil dengan pengunci yang menggunakan nomor sandi. Apa apaan ini! Kucoba untuk memutar nomor sandinya sembarangan, kekiri 4 kali, lalu kekanan 2 kali, namun tetap tidak bisa terbuka.
Karena kotak itu makin lama makin menjengkelkan, aku mencari ayah di ruang tamu, biasanya dia sedang minum teh disitu saat sore begini. Saat ketemu aku langsung menyodorkan kotak itu “ aku tidak bisa membukanya. Mengapa kau berikan gembok dengan sandi seperti itu?” Tanya ku kesal. Lalu ayah menjawabnya dengan tenang “berusahalah untuk membukanya, jika kau berhasil maka dia akan menemanimu kedepannya”. “kenapa kau tidak memberikan nomor sandinya padaku? Kau pasti tahu karena kau yang menyiapkannya.” Namun Ayah hanya diam sambil menutup wajahnya dengan lembaran Koran langganannya. Akupun kembali ke kamar dengan lesu.
Esok paginya, aku mencoba kembali memutar kata sandi itu. berkali-kali kucoba namun tetap saja tidak terbuka. Aku terus melakukan itu selama beberapa hari tanpa memikirkan makan, istirahat, dan obat yang kubutuhkan karena penyakitku yang ada sejak kecil. Saat mulai lelah, aku kembali mencari ayah dan memohon agar dia memberikan nomor sandinya padaku tapi ia hanya diam dan hanya berkata “coba lagi”. Setelah itu aku kembali lagi kekamar dan melanjutkan pencarian nomor sandi yang mengunci kotak itu. kucoba berbagai cara dari film yang kutonton seperti memutar nomor sandinya sambil menempelkan telingaku pada kunci itu dan menunggu bunyi klik! Yang menandakan kunci itu telah terbuka. Namun gagal lagi.
Keesokan harinya aku mengambil kotak itu dan mencobanya lagi. Tapi kali ini pemutar kuncinya tak bisa digerakan. Entah karena sudah terlihat tua atau rusak karena trus kuputar tanpa hasil sejak beberapa hari lalu. Aku kembali mencari Ayah dan langsung bertanya “apakah kado ini benar untukku? Sepertinya kau tak berniat memberikan ini padaku.”. sambil meneguk teh sorenya ia berkata “jika kau yakin seperti itu, mengapa kau tidak memberikannya pada orang lain untuk membukanya? Bagaimana?” kembali meneguk tehnya. “tidak!” kataku yakin “akan ku bongkar sandimu yang membuatku gila beberapa hari ini. Dan jika memang hadiah ini memang bukan untukku, mengapa kau berikan ini padaku? Kenapa kau menyiksaku dengan godaan hadiah didalamnya?” namun sekali lagi dia menutup wajahnya dengan Koran sialan itu.
Sampai sekarang kotak kado itu hanya bisa ku baringkan disamping bantal dengan berharap akan bermimpi tentang isi kotak itu dan dapat membukanya esok pagi. Kalaupun ayah memang berencana memberikan kotak itu pada orang lain, ambillah dan jaga ia baik-baik. Setidaknya aku sempat menikmati tantangannya walau tak bisa membukanya sampai saat ini.
Jika ini sebuah lembaran, jangan kau gunakan sebagai pembungkus kacang atau untuk membersihkan sesuatu karena tiap lembarnya kubuat dari kulit hati.
Sesampainya dikamar, aku masih penasaran dengan maksud ayah memberikan kado ini. Dari pada memikirkannya sebaiknya aku buka saja kado ini. Kupikir kado ini keren juga dengan gambar anarkis seperti ini. Sangat manis dengan warna ungunya tapi tetap dihiasi dengan ornament yang keren ini. Pertama kusobek kertas pembungkusnya perlahan dan rapih karena bungkusnya bagus untuk sampul buku. Setelah terbuka seluruhnya, didalamnya masih terbungkus kertas dengan warna emas. Wow dia pasti benar-benar ingin membuatku penasaran. Kubuka lagi bungkus emas itu perlahan untuk kusimpan sapa tau bisa digunakan nanti. Didalamnya terbungkus lagi, namun kali ini bukan kertas tapi sebuah brankas kecil dengan pengunci yang menggunakan nomor sandi. Apa apaan ini! Kucoba untuk memutar nomor sandinya sembarangan, kekiri 4 kali, lalu kekanan 2 kali, namun tetap tidak bisa terbuka.
Karena kotak itu makin lama makin menjengkelkan, aku mencari ayah di ruang tamu, biasanya dia sedang minum teh disitu saat sore begini. Saat ketemu aku langsung menyodorkan kotak itu “ aku tidak bisa membukanya. Mengapa kau berikan gembok dengan sandi seperti itu?” Tanya ku kesal. Lalu ayah menjawabnya dengan tenang “berusahalah untuk membukanya, jika kau berhasil maka dia akan menemanimu kedepannya”. “kenapa kau tidak memberikan nomor sandinya padaku? Kau pasti tahu karena kau yang menyiapkannya.” Namun Ayah hanya diam sambil menutup wajahnya dengan lembaran Koran langganannya. Akupun kembali ke kamar dengan lesu.
Esok paginya, aku mencoba kembali memutar kata sandi itu. berkali-kali kucoba namun tetap saja tidak terbuka. Aku terus melakukan itu selama beberapa hari tanpa memikirkan makan, istirahat, dan obat yang kubutuhkan karena penyakitku yang ada sejak kecil. Saat mulai lelah, aku kembali mencari ayah dan memohon agar dia memberikan nomor sandinya padaku tapi ia hanya diam dan hanya berkata “coba lagi”. Setelah itu aku kembali lagi kekamar dan melanjutkan pencarian nomor sandi yang mengunci kotak itu. kucoba berbagai cara dari film yang kutonton seperti memutar nomor sandinya sambil menempelkan telingaku pada kunci itu dan menunggu bunyi klik! Yang menandakan kunci itu telah terbuka. Namun gagal lagi.
Keesokan harinya aku mengambil kotak itu dan mencobanya lagi. Tapi kali ini pemutar kuncinya tak bisa digerakan. Entah karena sudah terlihat tua atau rusak karena trus kuputar tanpa hasil sejak beberapa hari lalu. Aku kembali mencari Ayah dan langsung bertanya “apakah kado ini benar untukku? Sepertinya kau tak berniat memberikan ini padaku.”. sambil meneguk teh sorenya ia berkata “jika kau yakin seperti itu, mengapa kau tidak memberikannya pada orang lain untuk membukanya? Bagaimana?” kembali meneguk tehnya. “tidak!” kataku yakin “akan ku bongkar sandimu yang membuatku gila beberapa hari ini. Dan jika memang hadiah ini memang bukan untukku, mengapa kau berikan ini padaku? Kenapa kau menyiksaku dengan godaan hadiah didalamnya?” namun sekali lagi dia menutup wajahnya dengan Koran sialan itu.
Sampai sekarang kotak kado itu hanya bisa ku baringkan disamping bantal dengan berharap akan bermimpi tentang isi kotak itu dan dapat membukanya esok pagi. Kalaupun ayah memang berencana memberikan kotak itu pada orang lain, ambillah dan jaga ia baik-baik. Setidaknya aku sempat menikmati tantangannya walau tak bisa membukanya sampai saat ini.
Jika ini sebuah lembaran, jangan kau gunakan sebagai pembungkus kacang atau untuk membersihkan sesuatu karena tiap lembarnya kubuat dari kulit hati.
Jenuh
Sampai sekarang keyakinan dialah yang terakhir masih berkobar walaupun hanya api biru. Aku sudah tidak mau lagi seperti dulu, terbalap oleh yang lain. Tapi kali ini saat hanya diriku sendiri di sirkuit itu, dia malah tak ingin aku melanjutkan balapan itu. dia bilang dia tak pantas mendapatkan kemenanganku itu dengan alasan dia memang sedang tidak ingin.
Dulu masih merasa kasihan melihat teman-temanku yang sudah berhasil bersamanya malah menyiakan kesempatan baik itu, namun sekarang rasa benci dengan ke-tololan mereka. “bangsat! Tolol! Goblok kalian semua! Sudah kalian dapat sesuatu yang sangat special di dunia ini tapi kalian hanya bermain-main dengannya!” teriakku saat itu di pinggir danau sebuah universitas di makasar. Saat itu hanya ada sebatang pohon kecil yang sudah menguning daunnya dan aku berbincang dengannya layaknya sahabatku. Aku berkata padanya “apakah menurutmu mereka sangat bodoh teman kecilku? Bisa-bisanya mereka mempermainkan kesempatan yang diberikan sikecil kepada mereka. Saat aku telah bersumpah pada pencipta kita dan orang tuaku untuk tidak bermain-main untuk mengambil kesempatan bersama sikecil, dia sudah tidak ingin lagi seperti kemarin. Apakah dia butuh sebuah bukti sobatku? Tapi bukti seperti apa untuk meyakinkannya? Sejak ia memutuskan seperti itu keinginanku untuk pulang ke kampung halamanku serasa berat. Sejak beberapa kerabat dekatku yang meninggal dunia, aku tak pernah meneteskan air mata satu tetespun. Saat perempuan-perempuan lain yang sebelumnya kucintai tak ingin bersamaku karena mata mereka lebih kuat dari pada hati mereka mataku tetap saja kering. Tapi untuk sikecil air mata dan darah mengucur bergantian dari sudut mataku. Aku sendiri cukup senang akhirnya selama sekian tahun air mataku bisa keluar juga, cukup melegakan. Tapi darah yang mengucur cukup mengagetkanku. Kau lihat ini teman?” sambil menunjukan darah yang keluar dari mataku “kau lihat ini. Darah ini keluar sejak rasa sesak terus kupendam melihat sikapnya. Sangat ingin ku menangis tapi sepertinya darahku menggantikannya. Tapi selalu kusembunyikan dari yang lain. Aku pikir cukup keren untuk mati disini dengan menangis darah.” Sebuah lelucon putus asa yang kulontarkan pada batang pohon kecil itu.
Setelah itu kuperhatikan sebentar genangan air itu dan pergi meninggalkan pohon yang sudah mendengarkan keluhanku. “Terimakasih sobat.” Aku berbisik padanya sambil terus melangkah meninggalkan tempat itu. seharian ini aku belum melihat wajah sikecil. Aku berjalan mondar-mandir tak jelas mau melakukan apa. Hanya satu keinginanku saat itu, melihat wajahnya walau hanya sebentar. Anak itu sudah membuatku seperti orang tolol beberapa hari ini. Tapi aku tetap menikmati ketololanku. Mungkin dengan begitu rasa optimisku tetap terjaga hingga mati nanti. Dia pernah bilang bahwa masih ada wanita yang seperti dirinya dan banyak di luar sana. Namun bagiku anak kembar sekalipun tidak akan sama. Aku melihat diri sikecil seperti orang yang rapuh namun masih tetap berusaha bernafas dan melangkah. Dia memang terus bersikap biasa saja padaku, namun aku semakin ingin merangkulnya dan melemparkannya ke udara.
Entah bagaimana caranya untuk merubah keputusannya. Jika harus berlutut dan memohon pada sikecil sambil menciumi kedua punggung tangannya agar dia mau membuka hatinya, akan kulakukan. Aku selalu bingung bagaimana untuk membuktikan padanya bahwa aku tidak akan seperti teman-temanku yang lain. Kenapa bukan aku yang diposisi mereka saat itu? dasar bangsat kalian semua!
Hey Tuhan penciptaku, kau sudah menciptakan iblis dan mengizinkan mereka menggodai dan mengganggu ciptaanmu ini, apakah belum cukup kesenangan yang kau dapat dengan memberikan lagi drama sinetron biadab ini padaku? Pada kami semua? Apakah Kau ingin mendorongku untuk mengikuti kejahilan makhluk api ciptaanmu itu? AKU MERASA SEPERTI DIPERMAINKAN DISINI!
Dulu masih merasa kasihan melihat teman-temanku yang sudah berhasil bersamanya malah menyiakan kesempatan baik itu, namun sekarang rasa benci dengan ke-tololan mereka. “bangsat! Tolol! Goblok kalian semua! Sudah kalian dapat sesuatu yang sangat special di dunia ini tapi kalian hanya bermain-main dengannya!” teriakku saat itu di pinggir danau sebuah universitas di makasar. Saat itu hanya ada sebatang pohon kecil yang sudah menguning daunnya dan aku berbincang dengannya layaknya sahabatku. Aku berkata padanya “apakah menurutmu mereka sangat bodoh teman kecilku? Bisa-bisanya mereka mempermainkan kesempatan yang diberikan sikecil kepada mereka. Saat aku telah bersumpah pada pencipta kita dan orang tuaku untuk tidak bermain-main untuk mengambil kesempatan bersama sikecil, dia sudah tidak ingin lagi seperti kemarin. Apakah dia butuh sebuah bukti sobatku? Tapi bukti seperti apa untuk meyakinkannya? Sejak ia memutuskan seperti itu keinginanku untuk pulang ke kampung halamanku serasa berat. Sejak beberapa kerabat dekatku yang meninggal dunia, aku tak pernah meneteskan air mata satu tetespun. Saat perempuan-perempuan lain yang sebelumnya kucintai tak ingin bersamaku karena mata mereka lebih kuat dari pada hati mereka mataku tetap saja kering. Tapi untuk sikecil air mata dan darah mengucur bergantian dari sudut mataku. Aku sendiri cukup senang akhirnya selama sekian tahun air mataku bisa keluar juga, cukup melegakan. Tapi darah yang mengucur cukup mengagetkanku. Kau lihat ini teman?” sambil menunjukan darah yang keluar dari mataku “kau lihat ini. Darah ini keluar sejak rasa sesak terus kupendam melihat sikapnya. Sangat ingin ku menangis tapi sepertinya darahku menggantikannya. Tapi selalu kusembunyikan dari yang lain. Aku pikir cukup keren untuk mati disini dengan menangis darah.” Sebuah lelucon putus asa yang kulontarkan pada batang pohon kecil itu.
Setelah itu kuperhatikan sebentar genangan air itu dan pergi meninggalkan pohon yang sudah mendengarkan keluhanku. “Terimakasih sobat.” Aku berbisik padanya sambil terus melangkah meninggalkan tempat itu. seharian ini aku belum melihat wajah sikecil. Aku berjalan mondar-mandir tak jelas mau melakukan apa. Hanya satu keinginanku saat itu, melihat wajahnya walau hanya sebentar. Anak itu sudah membuatku seperti orang tolol beberapa hari ini. Tapi aku tetap menikmati ketololanku. Mungkin dengan begitu rasa optimisku tetap terjaga hingga mati nanti. Dia pernah bilang bahwa masih ada wanita yang seperti dirinya dan banyak di luar sana. Namun bagiku anak kembar sekalipun tidak akan sama. Aku melihat diri sikecil seperti orang yang rapuh namun masih tetap berusaha bernafas dan melangkah. Dia memang terus bersikap biasa saja padaku, namun aku semakin ingin merangkulnya dan melemparkannya ke udara.
Entah bagaimana caranya untuk merubah keputusannya. Jika harus berlutut dan memohon pada sikecil sambil menciumi kedua punggung tangannya agar dia mau membuka hatinya, akan kulakukan. Aku selalu bingung bagaimana untuk membuktikan padanya bahwa aku tidak akan seperti teman-temanku yang lain. Kenapa bukan aku yang diposisi mereka saat itu? dasar bangsat kalian semua!
Hey Tuhan penciptaku, kau sudah menciptakan iblis dan mengizinkan mereka menggodai dan mengganggu ciptaanmu ini, apakah belum cukup kesenangan yang kau dapat dengan memberikan lagi drama sinetron biadab ini padaku? Pada kami semua? Apakah Kau ingin mendorongku untuk mengikuti kejahilan makhluk api ciptaanmu itu? AKU MERASA SEPERTI DIPERMAINKAN DISINI!
Lukisan reysha
THE SMILING LATTE

Lukisan ini dibuat pada tanggal 6 juli 2011.mungkin sepintas hanya gambar seorang wanita yang sedang menikmati kopinya pada waktu sesuai perkiraan orang yang melihatnya. Tapi menurutku tidak hanya itu. reysha melukiskan wanita itu tanpa menampilkan mata dan telinga. Menurutku, mungkin saja yang ia lukiskan adalah manusia yang senantiasa ingin menikmati dunianya tanpa melihat dan mendengar apapun disekelilingnya. Jadi bisa saja itu adalah manusia yang sedang menuntut waktunya untuk bersenang-senang dengan mengacuhkan keserakahan, egois, dan sifat-sifat beraura negative lainnya yang di pancarkan dari warna latarnya yang merah dominan di sekelilingnya.
ENDING RIOTS

Lukisan ini sekilas hanya terlihat potongan gabus yang ditumpahi cat hitam di atas latar merah dengan alas berwarna hijau. Namun menurutku tidak demikian. Bisa kulihat dari warna alasnya yang hijau bisa saja menggambarkan lokasinya, bumi. Lalu latar merah mungkin saja bisa dikatakan menggambarkan sifat-sifat negative dari manusia atau melambangkan darah. Lalu corak hitam yang tak jelas itu jika diperhatikan baik-baik dengan otak kanan anda, bisa terlihat gambar manusia yang saling berperang, membunuh, dan meledakan satu sama lain yang bisa saja penyebabnya berasal dari lukisan the smiling latte, hedonisme.
THE ART of FLAME

Lukisan ini dibuat pada 9 juli 2011. Bisa dilihat goresan-goresan berwarna merah seperti api dan goresan putih menggambarkan asapnya.kali ini reysha menggunakan latar hitam. Beda dengan yang sebelumnya. Mungkin hanya terlihat seperti pembakaran namun jika diperhatikan lukisan ini menggambarkan kelanjutan kejadian yang akan terjadi setelah lukisan sebelumnya. Terlihat bumi yang telah dirusak oleh sifat binatang manusia dengan latar hitam. Lalu gambar api menggambarkan kerusakan yang dibuat menusia akan melenyapkan nyawa mereka sendiri dengan goresan putih yang mungkin bisa terlihat seperti ruh yang meninggalkan tubuhnya yang telah hangus.
CHIMERAZO

Lukisan ini dibuat pada tanggal 8 juli 2011. Sekali lagi hanya terlihat seperti gabus dengan tumpahan cat yang tidak beraturan. Namun jika diperhatikan dengan seksama, bisa terlihat seorang manusia yang dibakar dalam keadaan hidup dengan corak putih yang diselingi warnah merah yang menggambarkan api. Sekali lagi dengan latar hitam mungkin saja suatu tempat yang entah dimana keberadaannya. Untuk corak hijaunya saya sendiri belum bisa menyimpulkannya.
Semua lukisan diatas disusun tanpa mengurut tanggal pembuatannya karena saya merasa dengan kesimpulan-kesimpulan yang saya buat dan mungkin saja benar seperti itu, urutan seperti diatas sudah dapat menceritakan kehidupan manusia kedepannya dan mungkin saja bisa sebuah peringatan akan sesuatu yang akan terjadi pada kehidupan mendatang.
Yah mungkin sebagian orang akan mengganggap saya hanya berhayal dengan lukisan itu. tapi saya juga tidak yakin apakah reysha melukiskannya dengan sengaja atau kluar begitu saja. Entahlah, tapi seperti itu yang ku dapat.

Lukisan ini dibuat pada tanggal 6 juli 2011.mungkin sepintas hanya gambar seorang wanita yang sedang menikmati kopinya pada waktu sesuai perkiraan orang yang melihatnya. Tapi menurutku tidak hanya itu. reysha melukiskan wanita itu tanpa menampilkan mata dan telinga. Menurutku, mungkin saja yang ia lukiskan adalah manusia yang senantiasa ingin menikmati dunianya tanpa melihat dan mendengar apapun disekelilingnya. Jadi bisa saja itu adalah manusia yang sedang menuntut waktunya untuk bersenang-senang dengan mengacuhkan keserakahan, egois, dan sifat-sifat beraura negative lainnya yang di pancarkan dari warna latarnya yang merah dominan di sekelilingnya.
ENDING RIOTS

Lukisan ini sekilas hanya terlihat potongan gabus yang ditumpahi cat hitam di atas latar merah dengan alas berwarna hijau. Namun menurutku tidak demikian. Bisa kulihat dari warna alasnya yang hijau bisa saja menggambarkan lokasinya, bumi. Lalu latar merah mungkin saja bisa dikatakan menggambarkan sifat-sifat negative dari manusia atau melambangkan darah. Lalu corak hitam yang tak jelas itu jika diperhatikan baik-baik dengan otak kanan anda, bisa terlihat gambar manusia yang saling berperang, membunuh, dan meledakan satu sama lain yang bisa saja penyebabnya berasal dari lukisan the smiling latte, hedonisme.
THE ART of FLAME

Lukisan ini dibuat pada 9 juli 2011. Bisa dilihat goresan-goresan berwarna merah seperti api dan goresan putih menggambarkan asapnya.kali ini reysha menggunakan latar hitam. Beda dengan yang sebelumnya. Mungkin hanya terlihat seperti pembakaran namun jika diperhatikan lukisan ini menggambarkan kelanjutan kejadian yang akan terjadi setelah lukisan sebelumnya. Terlihat bumi yang telah dirusak oleh sifat binatang manusia dengan latar hitam. Lalu gambar api menggambarkan kerusakan yang dibuat menusia akan melenyapkan nyawa mereka sendiri dengan goresan putih yang mungkin bisa terlihat seperti ruh yang meninggalkan tubuhnya yang telah hangus.
CHIMERAZO

Lukisan ini dibuat pada tanggal 8 juli 2011. Sekali lagi hanya terlihat seperti gabus dengan tumpahan cat yang tidak beraturan. Namun jika diperhatikan dengan seksama, bisa terlihat seorang manusia yang dibakar dalam keadaan hidup dengan corak putih yang diselingi warnah merah yang menggambarkan api. Sekali lagi dengan latar hitam mungkin saja suatu tempat yang entah dimana keberadaannya. Untuk corak hijaunya saya sendiri belum bisa menyimpulkannya.
Semua lukisan diatas disusun tanpa mengurut tanggal pembuatannya karena saya merasa dengan kesimpulan-kesimpulan yang saya buat dan mungkin saja benar seperti itu, urutan seperti diatas sudah dapat menceritakan kehidupan manusia kedepannya dan mungkin saja bisa sebuah peringatan akan sesuatu yang akan terjadi pada kehidupan mendatang.
Yah mungkin sebagian orang akan mengganggap saya hanya berhayal dengan lukisan itu. tapi saya juga tidak yakin apakah reysha melukiskannya dengan sengaja atau kluar begitu saja. Entahlah, tapi seperti itu yang ku dapat.
Saat
Saat pertama kali melihat kedua matamu, kau hanya jadi idola
Saat melihatmu tegar dalam kesendirian, kau menjadi sahabatku
Saat kau kembali mendapat kebahagiaanmu, aku mendukungmu
Saat merana dari fase yang sementara itu, aku masih tetap menemanimu
Saat kebahagiaanku tak kunjung berlabuh, obor mu tetap menyala
Saat kita saling berbagi cerita, saat itulah kita saling percaya
Namun…….
Saat aku mendekat dan merapat, kau menjauhiku
Saat aku sendiri, kau mendapat kaeramaianmu sendiri
Saat aku membutuhkanmu, seakan aku hanya melawak
Saat aku kehilangan arah, kau telah mendahuluiku
Tapi tetap saja……….
Saat kau sendiri, aku berusaha menemanimu
Saat kau merasa ada yang kosong, aku mencoba untuk mengisinya
Saat kau merasa ingin membuang sampah hatimu, aku siap menjadi tong sampah
Saat fisikmu rapuh, aku hanya bisa berusaha untuk menambalnya
Saat kau membutuhkan sesuatu, aku hanya bisa berusaha melengkapinya
Saat nanti kau membutuhkan cinta, hanya itu yang tersisa dari hidupku
Dan………
Saat kau berani berkomitmen, akan kujaga dengan tinta darah
Saat cita-citamu belum tercapai, maka itulah cita-citaku
Saat kau mendapatkan cintamu, akan kupastikan kau bahagia.
Saat semuanya bilang itu hanya janji kampanye, aku sudah bersumpah pada sang Ilahi dan membuang jauh kedua kupingku.
Saat melihatmu tegar dalam kesendirian, kau menjadi sahabatku
Saat kau kembali mendapat kebahagiaanmu, aku mendukungmu
Saat merana dari fase yang sementara itu, aku masih tetap menemanimu
Saat kebahagiaanku tak kunjung berlabuh, obor mu tetap menyala
Saat kita saling berbagi cerita, saat itulah kita saling percaya
Namun…….
Saat aku mendekat dan merapat, kau menjauhiku
Saat aku sendiri, kau mendapat kaeramaianmu sendiri
Saat aku membutuhkanmu, seakan aku hanya melawak
Saat aku kehilangan arah, kau telah mendahuluiku
Tapi tetap saja……….
Saat kau sendiri, aku berusaha menemanimu
Saat kau merasa ada yang kosong, aku mencoba untuk mengisinya
Saat kau merasa ingin membuang sampah hatimu, aku siap menjadi tong sampah
Saat fisikmu rapuh, aku hanya bisa berusaha untuk menambalnya
Saat kau membutuhkan sesuatu, aku hanya bisa berusaha melengkapinya
Saat nanti kau membutuhkan cinta, hanya itu yang tersisa dari hidupku
Dan………
Saat kau berani berkomitmen, akan kujaga dengan tinta darah
Saat cita-citamu belum tercapai, maka itulah cita-citaku
Saat kau mendapatkan cintamu, akan kupastikan kau bahagia.
Saat semuanya bilang itu hanya janji kampanye, aku sudah bersumpah pada sang Ilahi dan membuang jauh kedua kupingku.
Memory

Mungkin untuk sebagian besar orang di Indonesia kota kenangan mereka adalah tempat yang luar biasa seperti Jakarta, jogja, dan juga kota-kota di pulau bali. Tempat-tempat strategis pun menjadi objek kenangan yang biasa di memory mereka seperti pantai, gunung-gunung, dan perhotelan mungkin. Semuanya memberikan momen yang mereka anggap paling indah yang mereka alami. Akupun punya 1 kota yang tinggalkan kenangan manis walaupun tak sesuai yang diharapkan.
Pare-pare, Sulawesi selatan tempatku waktu itu. dan kenangan ku disana bersama sikecil. Tentu saja itu kejadian yang hebat karena bisa bersama dan terus melihat wajah sikecil 24 jam seperti sudah tinggal bersama dalam satu rumah. Hanya tinggal di dalam salah satu ruang kelas di sebuah universitas di pare-pare namun sepertinya hotel bintang lima sepertinya kurang bisa membuat kesan seperti disana. Tawa, stress, dan kelaparan yang membuat tempat itu indah. Tidur malampun harus di bawah lantai dan berdesakan untuk mendapatkan alas karpet tebal yang hangat karena angin di luar seperti ingin membawa nyawa semua orang dsitu dan bernafsu menumbangkan pohon-pohon di sekitar kamar yang berada di lantai 2. Biasanya aku lebih memilih tidur di luar di atas kursi kayu.walaupun anginnya sangat ganas aku bisa bangun jam 10 pagi. Tapi yang paling berkesan adalah menjaga tidur sikecil di malam berangin itu selama dua hari. Dia ingin tidur diluar dan tak bisa kularang. Dia tidur berbungkus jaket, celana panjang, dan selimut coklat dengan garis kotak-kotak merah kuning hijau kesayangannya. Dia seperti tidur dalam kamar ber-ac. Sangat menikmati tidurnya. Tidak kubuang kesempatan itu. jika di makasar aku hanya bisa memandangi wajahnya yang sedang tidur saat bangun pagi saja, disini aku bisa melihat wajah tidurnya yang lucu semalaman. Sambil ditemani rokok dan angin sejuk, aku tetap terjaga dan sambil menjaga tidur sikecil agar tak terganggu dengan angin malam. Sesekali aku memperbaiki selimutnya yang terbuka tertiup angin agar tetap hangat walaupun aku yakin dia tetap kedinginan saat itu. beberapa kali mataku jatuh oleh tiupan angin dan rasa kantuk yang sangat. Saat itu wajah mungil itu sangat manis. Jarang sekali kulihat wanita dengan mimic wajah yang cantik dan tenang seperti itu.
hal itu terus berlanjut hingga pagi. Teman-teman yang lain sudah membereskan perlengkapan tidurnya dan meninggalkan teras tempat tidur semalam dan melanjutkan tidur mereka di dalam ruangan. Tapi sikecil masih terlelap dalam tidurnya. Walaupun yang lain menyuruhku untuk tidur dulu di dalam ruangan tapi aku tak bisa. Sikecil belum bangun. Aku tak mau jika dia harus bangun dengan rasa kantuk yang belum terpuaskan. Pukul 9 siikecil mulai membuka matanya. Setelah bangun tanpa mengucapkan apapun dia langsung beranjak dari bangku kayu itu dan masuk ke dalam ruangan kelas. Aku bingung ada apa. Aku ditinggal begitu saja tanpa ada selamat pagi atau kedipan mata walau hanya sebentar. Tapi taka pa setidaknya aku sudah merasa puas melihat wajah manisnya saat tidur walaupun ia bersikap seperti itu padaku.
Tempat lain yang menjadi kenanganku bersama sikecil adalah tempat-tempat disepanjang jalan dari makasar ke pare-pare. Aku masih ingat persis warung-warung yang kami singgahi untuk istirahat. Aku juga masih ingat beberapa SPBU yang kami singgahi untuk menggunakan toilet. Masih kuingat pula tawanya saat kami bercanda di atas sepeda motor disepanjang jalan berdebu. Entah dia masih ingat semua itu atau tidak aku tak perduli yang jelas sikecil telah memberiku banyak pengalaman bodoh tapi ingin terus kulakukan bersamanya. Selamanya harapanku.
Goresan subuh

Entah siapa yang ia gambarkan. Apakah dirinya sendiri, atau seseorang yang ia sukai. Sebuah deskripsi yang muncul di kepalaku tentang lukisan itu adalah seorang wanita asia berusia 25 tahun, berat badan 60-an, dan terlihat wanita yang nocturnal dari rambutnya yang kurang terurus, dan penikmat setia kopi mungkin. Warna merah latarnya bisa saja menggambarkan suasana yang entah sedang bersemangat, atau tenggelam dalam lautan amarah. Tapi bagaimanapun aku masih belum paham acuan ide yang di ambil oleh sikecil untuk melukis goresan unik itu.
Hey! Tak terasa sinar matahari sedang mengusap pipiku. Aku kaget saat menyadari hari mulai terang karena aku terlalu terfokus pada tangan sikecil yang asik mencampur cat warna dalam sebilah bambu dan menggoreskannya lembut di atas potongan gabus.
Semalaman aku tak bisa tidur. Entah karena barisan pasukan nyamuk-nyamuk di pagi hari yang mengganggu kuping dan kulitku, ataukah udara saat itu terlalu dingin. Yang pasti saat itu aku masih terus terjaga oleh rasa khawatir yang terus menopang kelopak mataku karena sikecil tak kunjung kembali dalam pandanganku dalam waktu lama.
Lama aku menunggunya. Namun ia belum juga kembali padahal sudah pukul 2 pagi. Beberapa batang rokok sudah musnah terbakar oleh tiap hirupan nafasku namun ia belum juga kembali. Perutku-pun mulai memelas minta makan sejak sore kemarin namun segera saja hilang dengan rasa cemas akan sikecil yang masih berada di luar sana.
Saat itu pun aku baru tahu bahwa sikecil senang melukis. Entah karena hobinya dari dulu seperti itu atau hanya hobi sementara. Aku hanya bisa memandangi goresannya tanpa komentar karena akupun bingung tentang hal melukis.
Apakah lukisannya sangatlah indah? Tidak. Namun bagiku itu lukisan indah dengan proses yang tidak biasa. Harus korbankan waktu tidur untuk membuatnya.
Cukup itu saja
lupakan si kecil
Apa kalian tahu teman, seperti biasa temanmu ini sekali lagi hanya bisa pengecut goblok yang tidak bisa tentukan tujuan hidupnya. Mau ini, mau itu, tapi apa yang telah aku lakukan? TIDAk ADA! Dari dulu isinya Cuma rencana, rencana, dan merencanakan sesuatu yang hasilnya sudah bisa dipastikan, NOL! Tak ada tindak lanjut. Tak ada aksi. Raga menangisi kematian pikiran yang sejatinya penghuni neraka.
Hari ini aku sudah memutuskan untuk tidak mengulangi kesalahan itu. Tapi melihat sifatku, itu hanya terlihat seperti rencana gagal lainnya. Entah kenapa keyakinan itu kudapat bukan karena adanya konflik hingga membunuh batin seseorang, malahan aku menjadi yakin karena memandanginya keseluruhan. Setiap hari aku memandangi sikecil di wajahnya yg mungil. Tiap hari itu pula terasa makan sesak ditiap detiknya. Semakin pandanganku terfokus kematanya, maka makin hancur tubuhku hingga ke tulang. Aku sadar aku tidak bisa menjaganya seperti orang normal karena DIA TIDAK BIASA.matanya yang mengkilap itu seakan memanggilku “ hey kemarilah kalau kau berani, dungu!!!” dan akupun segera mengiyakan panggilan itu. Ya, aku memang DUNGU!
Sikecil mampu menopang hidupnya sendiri. Ia mampu menghadapi bencana sekelilingnya. Jadi apakah aku masih bisa berguna untuknya kelak? Pertanyaan yang harusnya terpikir lebih dulu sebelum jatuh dan meremukan rangkaku sendiri.
Malam ini pun kembali seperti itu. Namun, kali ini aku berusaha mengikat dan menyalib diriku sendiri agar tak lagi dapat melayang kemanapun sikecil meniupku. aku terbangun oleh langkah merdu sikecil yang memaksaku untuk bangun dari tidur yang tidak sepantasnya itu. Aku melihatnya duduk di depan jendela ruangan itu sambil memegang telepon genggamnya dan laptop dari laci tepat di hadapanku. Tentu saja aku tak bisa berkata saat itu juga. Aku bangun dan duduk setelah ia keluar dari ruangan itu dan aku hanya bisa terdiam memandang lantai dengan kosong sambil menahan tekanan di dadaku yang membuatku hampir tak bernafas. Saat itu sikecil masuk dan berbicara padaku. Entah apa yang ia tanyakan. Aku hanya bisa terus menatap lantai hingga ia mencoba menutupi pandanganku dengan matanya. Ia lalu bertanya “ kenapa denganmu? Matamu terlihat merah.” Sambil berjongkok dan menekan wajahku dengan matanya. “ tidak apa2 Cuma mau duduk dulu.” Jawabku sambil menyembunyikan rasa sakit yang menjebol dadaku dan terus bertambah berat hantamannya saat ia menatapku lagi dengan tatapan yang biasanya. Lalu ia mengambil tasnya dan mengeluarkan obat tetes mata dan menyerahkannya padaku. “simpan saja aku tidak butuh itu.” setelah itu ia meninggalkannya di ruangan dan mengambil tasnya untuk segera keluar dari ruangan itu.namun seperti biasa rasa khawatir akan tujuannya memaksaku untuk mengumpulkan nafas sebanyak-banyaknya dan bertanya padanya “mau kemana?”. Dia bilang akan pergi keruangan di depan berkumpul bersama temannya seperti biasa.
Akhirnya aku sendiri di ruangan itu. entah aku harus senang atau kecewa karena ia meninggalkanku sendiri dan memberikan waktu yang cukup untuk menyalib dan membocorkan isi kepalaku. Aku berharap setelah aku membuka mata dari tidurku nanti, bayangannya akan pudar dalam memoriku. Cukup sudah cerita cengeng seperti ini. Aku harap kaulah yang terakhir yang membuat tingkat kebodohanku mencapai rating tertinggi disini. Semoga lain kali aku dapat merubah skor kegagalanku dengan seorang wanita yang seperti rupamu. Terima kasih atas waktu pelajaran yang kau berikan,si kecil. You always my best.
Hari ini aku sudah memutuskan untuk tidak mengulangi kesalahan itu. Tapi melihat sifatku, itu hanya terlihat seperti rencana gagal lainnya. Entah kenapa keyakinan itu kudapat bukan karena adanya konflik hingga membunuh batin seseorang, malahan aku menjadi yakin karena memandanginya keseluruhan. Setiap hari aku memandangi sikecil di wajahnya yg mungil. Tiap hari itu pula terasa makan sesak ditiap detiknya. Semakin pandanganku terfokus kematanya, maka makin hancur tubuhku hingga ke tulang. Aku sadar aku tidak bisa menjaganya seperti orang normal karena DIA TIDAK BIASA.matanya yang mengkilap itu seakan memanggilku “ hey kemarilah kalau kau berani, dungu!!!” dan akupun segera mengiyakan panggilan itu. Ya, aku memang DUNGU!
Sikecil mampu menopang hidupnya sendiri. Ia mampu menghadapi bencana sekelilingnya. Jadi apakah aku masih bisa berguna untuknya kelak? Pertanyaan yang harusnya terpikir lebih dulu sebelum jatuh dan meremukan rangkaku sendiri.
Malam ini pun kembali seperti itu. Namun, kali ini aku berusaha mengikat dan menyalib diriku sendiri agar tak lagi dapat melayang kemanapun sikecil meniupku. aku terbangun oleh langkah merdu sikecil yang memaksaku untuk bangun dari tidur yang tidak sepantasnya itu. Aku melihatnya duduk di depan jendela ruangan itu sambil memegang telepon genggamnya dan laptop dari laci tepat di hadapanku. Tentu saja aku tak bisa berkata saat itu juga. Aku bangun dan duduk setelah ia keluar dari ruangan itu dan aku hanya bisa terdiam memandang lantai dengan kosong sambil menahan tekanan di dadaku yang membuatku hampir tak bernafas. Saat itu sikecil masuk dan berbicara padaku. Entah apa yang ia tanyakan. Aku hanya bisa terus menatap lantai hingga ia mencoba menutupi pandanganku dengan matanya. Ia lalu bertanya “ kenapa denganmu? Matamu terlihat merah.” Sambil berjongkok dan menekan wajahku dengan matanya. “ tidak apa2 Cuma mau duduk dulu.” Jawabku sambil menyembunyikan rasa sakit yang menjebol dadaku dan terus bertambah berat hantamannya saat ia menatapku lagi dengan tatapan yang biasanya. Lalu ia mengambil tasnya dan mengeluarkan obat tetes mata dan menyerahkannya padaku. “simpan saja aku tidak butuh itu.” setelah itu ia meninggalkannya di ruangan dan mengambil tasnya untuk segera keluar dari ruangan itu.namun seperti biasa rasa khawatir akan tujuannya memaksaku untuk mengumpulkan nafas sebanyak-banyaknya dan bertanya padanya “mau kemana?”. Dia bilang akan pergi keruangan di depan berkumpul bersama temannya seperti biasa.
Akhirnya aku sendiri di ruangan itu. entah aku harus senang atau kecewa karena ia meninggalkanku sendiri dan memberikan waktu yang cukup untuk menyalib dan membocorkan isi kepalaku. Aku berharap setelah aku membuka mata dari tidurku nanti, bayangannya akan pudar dalam memoriku. Cukup sudah cerita cengeng seperti ini. Aku harap kaulah yang terakhir yang membuat tingkat kebodohanku mencapai rating tertinggi disini. Semoga lain kali aku dapat merubah skor kegagalanku dengan seorang wanita yang seperti rupamu. Terima kasih atas waktu pelajaran yang kau berikan,si kecil. You always my best.
Si kecil
Hari ini sensasi yang sama datang lagi. Memberikan dorongan hidup yang menggairahkan seperti kemarin. Aku mencobba untuk tidak terlalu menikmati hiburan itu dengan membiasakan diri atas kehadirannya seperti pemanis harian biasa. Tapi bagaimana jika pemanis itu terus saja kunikmati dari hari ke hari, pagi hingga kembali di titik awal, apakah tidak akan terjadi kecanduan yang nantinya membuatku terserang kencing manis? Aku jadi takut.
Tidak takut terhadap dunianya. Lebih tangguh dan kuat dari seekor pejantan. Bebas, namun tak membunuh harga dirinya. Keceriaan, kasih sayang, dan percaya diri yang di tampilkan di panggung yang membuatku sangat menikmati pertunjukannya dan aku yang sangat dingin, penyendiri, dan kehilangan keceriaan dari hati ini memang sangat membutuhkan pertunjukan yang berbanding terbalik dengan diriku. Gelak tawa yang dihiasi wajah manis itu seakan dapat menopang gudang masalah yang penuh dengan balok kayu, paku, dan sampah yang berserakan di belakang panggung hiburannya.
Aku menjadi sedikit tergoncang. Keinginan untuk menaklukan kembali membutakan penunjuk arah dijalanku. Padahal aku sudah berjanji untuk menjaga mata ini agar tidak berteman akrab lagi dengan hati. Tapi mataku memang penghianat. Dia kembali mencoba hati yang hampir saja sembuh jahitannya untuk segera kedukun dan meminta mempercepat proses penyembuhan itu. “hey, ayolah” kataku “ aku hanya ingin akrab tidak lebih”. Tapi pertunjukan itu banyak menampilkan tukang hipnotis yang menyuruh seluruh penonton mengikuti instruksinya dan seketika mereka tidur serentak. Apakah aku sudah menjadi korban hipnotis itu. Aku berusaha menyangkal, namun, kenyataannya aku telah terhipnotis di atas dan tepat di tengah panggung.
Tapi memang harus diakui, dia juga mempunyai kesempatan untuk membuat ruang jahitan pada diriku. Tapi dia terlalu cerdas, terlalu matang, dan seakan dunia bertekuk lutut padanya. Apakah aku yang seorang dungu, tolol, dan pengecut tak berguna ini bisa mendapat kesempatan untuk menjadi artis yang berduet bersama di panggung? Aku sudah merasa ngeri sebelum mewujudkannya karena toh hasilnya akan sama saja seperti sebelumnya. Tak punya daya saing, tak ada yang menjual. Percuma lagi bantuan yang kuberikan dibelakang panggungnya karena aku hanya seperti pekerja lepas, kuli angkut.
Jika Kau memang tidak memberikan lagi kesempatan yang satu ini, jangan siksa aku dengan membuatku rakus dengan sajian yang Kau berikan namun rantai dileherku tak kunjung Kau lepaskan. Aku rela menjadi anjing peliharaan yang hanya menjaddi penghibur dikala gundah dan ditinggalkan membusuk saat ada kebahagiaan lain diluar sana. Tak masalah. Aku sudah terbiasa dengan situasi seperti itu. Menyayangi dan kurang disayangi, mencintai dan tak pernah dicintai, dan di buang saat tinggal kotorannya saja. Aku pasrah.
Entah dia lupa atau memang tak acuh dengan sikapku selama ini yang seakan membuat semuanya kehilangan hak menjadi yang diprioritaskan. Sudah kucoba untuk memberikannya sama rata, namun, sekali lagi sikecil tidak dapat menarik apa yang sudah dia tunjukan pada jiwaku. Terlalu indah. Terlalu silau, seakan aku tak pantas akan tiket pertunjukan yang sangat mahal itu. Ternyata cuma tinggal harapan. Kelam.
Hari ini kembali kulihat lagi wajah yang kemarin. namun kali ini kepalanya terbungkus kain ungu yang menutup sampai dadanya namun tak menutupi tampang ceria itu. Namun tak kusangka, wajah riang itu hanya sebagai “pembalut” kecacatan panggung hiburannya. Dia membuang segala sampah dan barang tak berguna di depanku. Tapi tak ada rasa marah ataupun tersinggung dengan itu semua. Aku rasa memang lebih baik dia melemparkannya padaku dan bisa menolongnya membuang sampah itu sedikit demi sedikit walaupun karung sampah yang ia bawa selama hidupnya masih terlihat penuh. Namun sekali lagi. Sudah kukatakan. Dia wanita kuat yang tak mudah lelah hanya karena karung sampah besar yang ia bilang hanya sekedar sampah tak lebih dan akan ia bawa pulang untuk menafkahi masa depan yang ia lahirkan.
Sejak saat itu, aku yakin bahwa aku telah dibuat kagum bukan oleh wajah terang itu, namun keceriaannya dalam hidup yang membuatku jatuh cinta. ”APA!!! JATUH CINTA!!!” pikiran itu tiba-tiba saja melintas dan hampir menerobos dan membolongi bibirku. Saat kembali aku melihat wajah dan memfokuskan pandanganku pada matanya yang hanya berjarak satu meter dari bola mataku. Tubuhku tiba-tiba kaku. Tanganku terasa dingin dibawah naungan surya. Kulitku gerah dan berkeringat diantara hembusan angin pagi. ADA APA INI? Apakah dia memiliki kekuatan seperti medusa? Tapi aku masih bertanya-tanya dia membatukan apa pada diriku. Apakah dia membatukan fisikku??? Ataukah kutukan malin kundang itu telah salah arah dan tersesat dalam hatiku??? Aku bingung ingiin berbuat apa saat itu. Aku hanya bisa mengiyakan setiap kata yang keluar dari bibirnya.
Disaat dia membutuhkanku, aku seperti robot yang harus mematuhi segala pintanya. Seperti teroris yang sedang berusaha mencuci otakku namun tak pernah ada penolakan dalam diriku, tak ada pemberontakan, seakan pelayananku hanya untuknya. Tapi menjelang akhir kisahku ini aku mencoba menahan pengaruh tontonan yang menagih kesetiaanku. Aku tak ingin berakhir dengan penutup pertunjukan yang buruk. Jangan sampai aku tal bisa dan tak boleh lagi menyaksikan panggung itu. Tak tahu apakah sanggup membentengi itu. Akupun hanya bisa terdiam dalam gua dan mencuri pandang atas kecantikan si kecil.dasar pengecut!
Tidak takut terhadap dunianya. Lebih tangguh dan kuat dari seekor pejantan. Bebas, namun tak membunuh harga dirinya. Keceriaan, kasih sayang, dan percaya diri yang di tampilkan di panggung yang membuatku sangat menikmati pertunjukannya dan aku yang sangat dingin, penyendiri, dan kehilangan keceriaan dari hati ini memang sangat membutuhkan pertunjukan yang berbanding terbalik dengan diriku. Gelak tawa yang dihiasi wajah manis itu seakan dapat menopang gudang masalah yang penuh dengan balok kayu, paku, dan sampah yang berserakan di belakang panggung hiburannya.
Aku menjadi sedikit tergoncang. Keinginan untuk menaklukan kembali membutakan penunjuk arah dijalanku. Padahal aku sudah berjanji untuk menjaga mata ini agar tidak berteman akrab lagi dengan hati. Tapi mataku memang penghianat. Dia kembali mencoba hati yang hampir saja sembuh jahitannya untuk segera kedukun dan meminta mempercepat proses penyembuhan itu. “hey, ayolah” kataku “ aku hanya ingin akrab tidak lebih”. Tapi pertunjukan itu banyak menampilkan tukang hipnotis yang menyuruh seluruh penonton mengikuti instruksinya dan seketika mereka tidur serentak. Apakah aku sudah menjadi korban hipnotis itu. Aku berusaha menyangkal, namun, kenyataannya aku telah terhipnotis di atas dan tepat di tengah panggung.
Tapi memang harus diakui, dia juga mempunyai kesempatan untuk membuat ruang jahitan pada diriku. Tapi dia terlalu cerdas, terlalu matang, dan seakan dunia bertekuk lutut padanya. Apakah aku yang seorang dungu, tolol, dan pengecut tak berguna ini bisa mendapat kesempatan untuk menjadi artis yang berduet bersama di panggung? Aku sudah merasa ngeri sebelum mewujudkannya karena toh hasilnya akan sama saja seperti sebelumnya. Tak punya daya saing, tak ada yang menjual. Percuma lagi bantuan yang kuberikan dibelakang panggungnya karena aku hanya seperti pekerja lepas, kuli angkut.
Jika Kau memang tidak memberikan lagi kesempatan yang satu ini, jangan siksa aku dengan membuatku rakus dengan sajian yang Kau berikan namun rantai dileherku tak kunjung Kau lepaskan. Aku rela menjadi anjing peliharaan yang hanya menjaddi penghibur dikala gundah dan ditinggalkan membusuk saat ada kebahagiaan lain diluar sana. Tak masalah. Aku sudah terbiasa dengan situasi seperti itu. Menyayangi dan kurang disayangi, mencintai dan tak pernah dicintai, dan di buang saat tinggal kotorannya saja. Aku pasrah.
Entah dia lupa atau memang tak acuh dengan sikapku selama ini yang seakan membuat semuanya kehilangan hak menjadi yang diprioritaskan. Sudah kucoba untuk memberikannya sama rata, namun, sekali lagi sikecil tidak dapat menarik apa yang sudah dia tunjukan pada jiwaku. Terlalu indah. Terlalu silau, seakan aku tak pantas akan tiket pertunjukan yang sangat mahal itu. Ternyata cuma tinggal harapan. Kelam.
Hari ini kembali kulihat lagi wajah yang kemarin. namun kali ini kepalanya terbungkus kain ungu yang menutup sampai dadanya namun tak menutupi tampang ceria itu. Namun tak kusangka, wajah riang itu hanya sebagai “pembalut” kecacatan panggung hiburannya. Dia membuang segala sampah dan barang tak berguna di depanku. Tapi tak ada rasa marah ataupun tersinggung dengan itu semua. Aku rasa memang lebih baik dia melemparkannya padaku dan bisa menolongnya membuang sampah itu sedikit demi sedikit walaupun karung sampah yang ia bawa selama hidupnya masih terlihat penuh. Namun sekali lagi. Sudah kukatakan. Dia wanita kuat yang tak mudah lelah hanya karena karung sampah besar yang ia bilang hanya sekedar sampah tak lebih dan akan ia bawa pulang untuk menafkahi masa depan yang ia lahirkan.
Sejak saat itu, aku yakin bahwa aku telah dibuat kagum bukan oleh wajah terang itu, namun keceriaannya dalam hidup yang membuatku jatuh cinta. ”APA!!! JATUH CINTA!!!” pikiran itu tiba-tiba saja melintas dan hampir menerobos dan membolongi bibirku. Saat kembali aku melihat wajah dan memfokuskan pandanganku pada matanya yang hanya berjarak satu meter dari bola mataku. Tubuhku tiba-tiba kaku. Tanganku terasa dingin dibawah naungan surya. Kulitku gerah dan berkeringat diantara hembusan angin pagi. ADA APA INI? Apakah dia memiliki kekuatan seperti medusa? Tapi aku masih bertanya-tanya dia membatukan apa pada diriku. Apakah dia membatukan fisikku??? Ataukah kutukan malin kundang itu telah salah arah dan tersesat dalam hatiku??? Aku bingung ingiin berbuat apa saat itu. Aku hanya bisa mengiyakan setiap kata yang keluar dari bibirnya.
Disaat dia membutuhkanku, aku seperti robot yang harus mematuhi segala pintanya. Seperti teroris yang sedang berusaha mencuci otakku namun tak pernah ada penolakan dalam diriku, tak ada pemberontakan, seakan pelayananku hanya untuknya. Tapi menjelang akhir kisahku ini aku mencoba menahan pengaruh tontonan yang menagih kesetiaanku. Aku tak ingin berakhir dengan penutup pertunjukan yang buruk. Jangan sampai aku tal bisa dan tak boleh lagi menyaksikan panggung itu. Tak tahu apakah sanggup membentengi itu. Akupun hanya bisa terdiam dalam gua dan mencuri pandang atas kecantikan si kecil.dasar pengecut!
04.20 PM
Sore hari dimana sebagian orang masih terlelap dalam tidur siangnya, anak-anak saling mengejar satu sama lain, dan tangisan bayi yang baru bangun dan harus belajar suasana dunianya saat itu. Pukul 04.20 sore adalah waktu yang menurutku tak hanya sekedar perputaran waktu yang akan hilang ditelan malam. Matahari saat itu sudah tidak memberikan panas yang berlebihan seperti teriknya siang. Sinarnya yang lembut dan menyejukan mata terpantul indah di padang rumput hijau. Induk ayam yang selalu kesana kemari mencari sebutir biji-bijian dan anak-anaknya selalu mengekorinya menambah penampilan kehidupan yang sebenarnya.
Entah kenapa aku tiba-tiba berharap akan muncul sesosok gadis dari antara rerumputan liar itu dan bersinar bersama tarian rumput menghangatkan hatiku. Angin semilir membelai lembut kulit dan setiap rambut di tubuhku yang menyadarkanku “bangunlah! Itu tidak nyata!”, sambil menyadarinya, seteguk kopi nikmat segar menjernihkan kembali pikiranku. Harapan itu membuatku terdiam selama beberapa menit . tiupan angin sore dan nyala tarian rumput hijau mengeluarkan kembali memori yang selalu ingin kuhapus dari otak bebal ini. Saat itu seakan bumi ingin aku membagi cerita dengannya.
Saat itu aku mulai bertanya, apa yang coba diberitakan pekarangan itu padaku. Apakah ilusi yang dia berikan tadi adalah hadiah, atau justru sesuatu yang diberikan sebagai peringatan padaku bahwa semua itu tak akan ku dapatkan. Tapi satu yang secara tak sengaja aku mengerti apa yang ia mau, cinta. Dia seakan ingin menjelaskan kepadaku seperti apa cinta yang ideal. Akupun berpikir selama ini hidupku telah dipenuhi berbagai macam cinta, dan salah satunya telah membuat hidupku berantakan. Bumi berkata bahwa cinta seharusnya memberikan keindahan yang menyejukan jiwa penikmatnya. Namun untuk cinta yang satu ini tak seperti itu.
Cinta itu memberikan janji kepastian akan ledakannya, berjanji akan membangun jiwa yang lebih kokoh, lebih dewasa, dan kebahagiaan tak terbatas. Saat paling indah dalam cinta yaitu saat memperjuangkannya agar menjadi koloni jiwa kesepian. Rasa canggung pertama, pembicaraan yang bodoh yang tak pernah keluar dari bibirku, membuat perjuangan untuk mendapatkannya semakin seru bak game digital. Tapi puncak kesenangan dari perjuangan itu adalah saat ia tahu you fight for her, akan ada kejutan yang berbeda-beda ditiap pilihan.
Tapi pernahkah kalian ingat gagalnya perjuangan para ksatria pasti akan terjadi. Begitupun cinta yang satu ini. Saat kau telah di atas angin dan bersikap seperti seorang yang telah menang perang tanpa melihat kembali bahwa masih ada musuh yang lain sedang mengancam, disitulah cinta akan mematahkan rusuk jiwamu. Kau marah, kau menyesal, mengumpat, memaki, bahkan menghancurkan istanamu sendiri agar luka itu tersalurkan pada objek-objek tak berdosa dan menyelamatkan jantungmu yang telah rapuh karena peringatan pertama. Kau merasa harga dirimu telah jatuh setara kotoran busuk yang hina. Senjata perang pun sangat menggoda otak yang telah hilang kendali ini untuk di hunuskan kebadan yang telah rapuh jiwanya ini setelah tertembak senapan asmara beramunisikan selongsong cinta kosong tanpa peluru kasih didalamnya.
Wahai bumi! apakah aku tidak pantas? Apakah aku tidak boleh mengecap cinta walaupun hanya sebentar? Walaupun hanya untuk mengatakan aku sangat menyayanginya? Aku tidak sanggup melihat sekelilingku yang selalu ditemani cintanya masing-masing sedangkan aku merana berteman asap rokok dan tegukan kopi yang tak dapat menolongku untuk memikul kasih sayang yang sangat menyakiti pundak hatiku. Setiap melihat mereka yang telah berhasil perjuangkan cinta mereka, rasa dengki dan iri terus teriup kencang dalam pundi-pundiku dan siap meledak saat mereka tak dapat lagi menahan semua rasa itu.
Hei bumi! Apa maksudmu memberikan bayangan seindah tadi jika kau hanya ingin merusak setiap organ dalam tubuhku? Lebih baik kau penggal kepalaku dari pada kau meninggalkan stigma yang hitam penuh belatung ini di dadaku. Cuma satu yang kuminta darimu, izinkanlah aku merasakannya! Merasakan cinta yang menjadi hak semua manusia yang hidup di wajahmu! Berikanlah walaupun hanya beberapa menit saja. Kumohon, aku sudah malu untuk meminta pada Tuhan. Permintaanku terlalu banyak dan terlalu mengawan.
Kenapa yang selalu aku cintai hanya menganggapku sebagai tempat sampah kegalauan hati! Aku muak! Muak dengan semua tawaranmu, bumi! Kenapa kau biarkan gadis itu membawa kunci rumah kasihku sedangkan kau tahu dan kau telah mengatur dia akan tinggal di rumah yang lain!? Andaikan ada pedang yang dapat membelahmu, akan kulakukan sekarang juga! Bangsat!
Tapi bagaimanapun, aku masih disini, berpijak di atas kulitmu, makan, dan akan mati di wajahmu juga. Sekali lagi aku memohon, izinkanlah aku untuk melihat, merasa, dan menggenggam cinta walau hanya sejenak saja di waktumu yang paling indah dan sejuk, 04.20 PM, my lovely moment.
Entah kenapa aku tiba-tiba berharap akan muncul sesosok gadis dari antara rerumputan liar itu dan bersinar bersama tarian rumput menghangatkan hatiku. Angin semilir membelai lembut kulit dan setiap rambut di tubuhku yang menyadarkanku “bangunlah! Itu tidak nyata!”, sambil menyadarinya, seteguk kopi nikmat segar menjernihkan kembali pikiranku. Harapan itu membuatku terdiam selama beberapa menit . tiupan angin sore dan nyala tarian rumput hijau mengeluarkan kembali memori yang selalu ingin kuhapus dari otak bebal ini. Saat itu seakan bumi ingin aku membagi cerita dengannya.
Saat itu aku mulai bertanya, apa yang coba diberitakan pekarangan itu padaku. Apakah ilusi yang dia berikan tadi adalah hadiah, atau justru sesuatu yang diberikan sebagai peringatan padaku bahwa semua itu tak akan ku dapatkan. Tapi satu yang secara tak sengaja aku mengerti apa yang ia mau, cinta. Dia seakan ingin menjelaskan kepadaku seperti apa cinta yang ideal. Akupun berpikir selama ini hidupku telah dipenuhi berbagai macam cinta, dan salah satunya telah membuat hidupku berantakan. Bumi berkata bahwa cinta seharusnya memberikan keindahan yang menyejukan jiwa penikmatnya. Namun untuk cinta yang satu ini tak seperti itu.
Cinta itu memberikan janji kepastian akan ledakannya, berjanji akan membangun jiwa yang lebih kokoh, lebih dewasa, dan kebahagiaan tak terbatas. Saat paling indah dalam cinta yaitu saat memperjuangkannya agar menjadi koloni jiwa kesepian. Rasa canggung pertama, pembicaraan yang bodoh yang tak pernah keluar dari bibirku, membuat perjuangan untuk mendapatkannya semakin seru bak game digital. Tapi puncak kesenangan dari perjuangan itu adalah saat ia tahu you fight for her, akan ada kejutan yang berbeda-beda ditiap pilihan.
Tapi pernahkah kalian ingat gagalnya perjuangan para ksatria pasti akan terjadi. Begitupun cinta yang satu ini. Saat kau telah di atas angin dan bersikap seperti seorang yang telah menang perang tanpa melihat kembali bahwa masih ada musuh yang lain sedang mengancam, disitulah cinta akan mematahkan rusuk jiwamu. Kau marah, kau menyesal, mengumpat, memaki, bahkan menghancurkan istanamu sendiri agar luka itu tersalurkan pada objek-objek tak berdosa dan menyelamatkan jantungmu yang telah rapuh karena peringatan pertama. Kau merasa harga dirimu telah jatuh setara kotoran busuk yang hina. Senjata perang pun sangat menggoda otak yang telah hilang kendali ini untuk di hunuskan kebadan yang telah rapuh jiwanya ini setelah tertembak senapan asmara beramunisikan selongsong cinta kosong tanpa peluru kasih didalamnya.
Wahai bumi! apakah aku tidak pantas? Apakah aku tidak boleh mengecap cinta walaupun hanya sebentar? Walaupun hanya untuk mengatakan aku sangat menyayanginya? Aku tidak sanggup melihat sekelilingku yang selalu ditemani cintanya masing-masing sedangkan aku merana berteman asap rokok dan tegukan kopi yang tak dapat menolongku untuk memikul kasih sayang yang sangat menyakiti pundak hatiku. Setiap melihat mereka yang telah berhasil perjuangkan cinta mereka, rasa dengki dan iri terus teriup kencang dalam pundi-pundiku dan siap meledak saat mereka tak dapat lagi menahan semua rasa itu.
Hei bumi! Apa maksudmu memberikan bayangan seindah tadi jika kau hanya ingin merusak setiap organ dalam tubuhku? Lebih baik kau penggal kepalaku dari pada kau meninggalkan stigma yang hitam penuh belatung ini di dadaku. Cuma satu yang kuminta darimu, izinkanlah aku merasakannya! Merasakan cinta yang menjadi hak semua manusia yang hidup di wajahmu! Berikanlah walaupun hanya beberapa menit saja. Kumohon, aku sudah malu untuk meminta pada Tuhan. Permintaanku terlalu banyak dan terlalu mengawan.
Kenapa yang selalu aku cintai hanya menganggapku sebagai tempat sampah kegalauan hati! Aku muak! Muak dengan semua tawaranmu, bumi! Kenapa kau biarkan gadis itu membawa kunci rumah kasihku sedangkan kau tahu dan kau telah mengatur dia akan tinggal di rumah yang lain!? Andaikan ada pedang yang dapat membelahmu, akan kulakukan sekarang juga! Bangsat!
Tapi bagaimanapun, aku masih disini, berpijak di atas kulitmu, makan, dan akan mati di wajahmu juga. Sekali lagi aku memohon, izinkanlah aku untuk melihat, merasa, dan menggenggam cinta walau hanya sejenak saja di waktumu yang paling indah dan sejuk, 04.20 PM, my lovely moment.
Kosong
Lucu sekali saat sebuah mimpi menjadi misi, misi di dorong oleh rasa optimis, dan rasa optimis itu tiba-tiba hilang lenyap tak berbekas. Kemana dia? Apa dia bosan hanya menjadi rasa optimis belaka yang selalu dilatar belakangi mimpi? Ahh! Tapi saat rasa itu hilang semua hasil dari dasar yang telah ditetapkan seakan jadi abstrak dan terlihat sama saja dengan rasa yang lain, monotone!
Terasa hambar dan pegal seluruh otot yang menempel di tulang ini saat harus mencoba menjinakan perasaan liar yang terproses cacat di kepala. Kau kehilangan kendali otot, nafas, penggunaan inderamu, dan perasaanmu jadi cacat. Pikiran yang diperban dan berjalan menggunakan tongkat seperti mumi yang telah mati namun bingung apakah dia harus terjaga dalam tidur abadinya, atau berjalan dinaungi alam mimpinya.
Mereka berteriak! Mereka mengumpat dan caci maki terus dikeluarkan untuk mengupas pikiran yang berkulit agar dapat di kunyah lebih mudah tanpa kulitnya yang kotor bekas tanah tempat ia berpijak dan bertumbuh. Tapi masih belum ada pengaruhnya. Terasa pisau itu belum terlalu tajam. Ketumpulannya masih belum memisahkan kulit yang penuh debu dan isinya yang putih bersih dan sangat empuk. Tapi tetap terus mencari pisau yang benar-benar tajam tak terhenti gumpal karet.
Tapi sampai saat ini belum juga kutemukan pisau bahkan pedang sekalipun yang dapat mengupas brutal kulit hitam nan usang itu. Namun pisau yang telah ada itu ternyata bisa memotong batu marmer hitam dan tak mudah hancur itu dengan beberapa kali hujaman secara kejam dan tanpa ampun yang nantinya akan menempel debunya dan menebalkan kulit yang baru tumbuh di atasnya yang akhirnya akan lebih sulit untuk dikupas pada saat panen nanti.
Disaat semua kejadian itu membuat sekelilingmu terasa angkuh dan terusik, mereka kacau, mereka saling menumpat satu sama lain, dirimu sudah menjadi kotoran yang hanya mengikuti kemana selokan dan kanal akan mengarahkanmu , ke laut lepas atau hanya tersangkut di pinggir sungai dan mengendap tanpa fungsi hingga akhirnya terurai hina oleh cacing. Mereka masih tetap menganggapku sampah tak berguna. Apakah mereka tau pecahan batu marmer tadi menebalkan kulit dan merusak rasaku dalam drama dunia ini? Apa mereka sadar mereka yang telah melayangkan pissau secara kejam dam brutal pada batu marmer hitam berdebu itu?
Saat ini aku sudah tidak perduli lagi apa pendapat mereka. Mereka melihat kulit luarnya busuk dan langsung berfikir bahwa itu telah habis masa pakainya dan hanya bisa dibuang dari pada menjadi bakteri. Mereka tidak melihat isinya yang sangat empuk dan putih masih bisa digunakan. Namun perlahan, batinnya sekarat. Tidak tahu lagi langkah apa dan kemana yang harus dituju untuk mengatur kembali jiwa rapuh yang hampir bercerai saat bersetubuh dengan kulit daging dan tulang pengikut jiwa yang setia.
Terasa hambar dan pegal seluruh otot yang menempel di tulang ini saat harus mencoba menjinakan perasaan liar yang terproses cacat di kepala. Kau kehilangan kendali otot, nafas, penggunaan inderamu, dan perasaanmu jadi cacat. Pikiran yang diperban dan berjalan menggunakan tongkat seperti mumi yang telah mati namun bingung apakah dia harus terjaga dalam tidur abadinya, atau berjalan dinaungi alam mimpinya.
Mereka berteriak! Mereka mengumpat dan caci maki terus dikeluarkan untuk mengupas pikiran yang berkulit agar dapat di kunyah lebih mudah tanpa kulitnya yang kotor bekas tanah tempat ia berpijak dan bertumbuh. Tapi masih belum ada pengaruhnya. Terasa pisau itu belum terlalu tajam. Ketumpulannya masih belum memisahkan kulit yang penuh debu dan isinya yang putih bersih dan sangat empuk. Tapi tetap terus mencari pisau yang benar-benar tajam tak terhenti gumpal karet.
Tapi sampai saat ini belum juga kutemukan pisau bahkan pedang sekalipun yang dapat mengupas brutal kulit hitam nan usang itu. Namun pisau yang telah ada itu ternyata bisa memotong batu marmer hitam dan tak mudah hancur itu dengan beberapa kali hujaman secara kejam dan tanpa ampun yang nantinya akan menempel debunya dan menebalkan kulit yang baru tumbuh di atasnya yang akhirnya akan lebih sulit untuk dikupas pada saat panen nanti.
Disaat semua kejadian itu membuat sekelilingmu terasa angkuh dan terusik, mereka kacau, mereka saling menumpat satu sama lain, dirimu sudah menjadi kotoran yang hanya mengikuti kemana selokan dan kanal akan mengarahkanmu , ke laut lepas atau hanya tersangkut di pinggir sungai dan mengendap tanpa fungsi hingga akhirnya terurai hina oleh cacing. Mereka masih tetap menganggapku sampah tak berguna. Apakah mereka tau pecahan batu marmer tadi menebalkan kulit dan merusak rasaku dalam drama dunia ini? Apa mereka sadar mereka yang telah melayangkan pissau secara kejam dam brutal pada batu marmer hitam berdebu itu?
Saat ini aku sudah tidak perduli lagi apa pendapat mereka. Mereka melihat kulit luarnya busuk dan langsung berfikir bahwa itu telah habis masa pakainya dan hanya bisa dibuang dari pada menjadi bakteri. Mereka tidak melihat isinya yang sangat empuk dan putih masih bisa digunakan. Namun perlahan, batinnya sekarat. Tidak tahu lagi langkah apa dan kemana yang harus dituju untuk mengatur kembali jiwa rapuh yang hampir bercerai saat bersetubuh dengan kulit daging dan tulang pengikut jiwa yang setia.
6 Juni
Kenapa dengan tanggal itu? Apakah hari libur? Ataukah hari kemerdekaan sebuah Negara? Bagi orang disekitarku mereka menganggap hari itu perlu disyukuri karena konon katanya aku dilahirkan pada tanggal itu. Tapi saat tannggal itu aku tak pernah merasakan bagaimana sensasi seorang anak yang baru lahir, aku tak pernah merasakan bagaimana rasanya ditimang oleh kedua orang tuaku, aku tak pernah merasakan tiap hisapan asi dari dada ibuku, dan selalu diperhatikan setiap waktu sama seperti anak yang baru lahir lainnya. Entah tak pernah merasakannya, atau aku telah melupakannya.
Setiap tanggal 6 juni, keluargaku selalu membuat acara untuk merayakan tangga itu. Tapi aku selalu merasa ragaku selalu ceria menyambut tanggal itu tapi tidak dengan jiwaku. Diantara keramaian pesta keluarga, ragaku menyamarkan kesepian, kebencian, dan pemberontak yang terkandung dalam jiwaku dengan euphoria diluarnya. Aku seakan kesepian dalam keramaian itu. Seakan 1 hari itu menjadi pengganti setahun yang belum bisa berikan hak jiwaku untuk damai selamanya.
Belasan tahun selalu terulang seperti itu. Memasuki tanggal 6 juni dan jreeengg!!!! Semuanya mengucapkan selamat ulang tahun. Tapi, selalu saja aku tidak menemukan dimana dan apa fungsi hari ulang tahun itu. Apa sebagai alasan untuk berpesta bersama keluarga, sebagai penghilang rasa sakit yang terjadi selama 1 tahun kemarin, atau sebagai pengingat bahwa besok kejadian yang terjadi selama belasan tahun akan terulang lagi? Aku mulai bosan memikirkan semua hal itu. Hidup serasa monotone, berubah bentuk namun tetap dengan warna yang sama. Semua itu seperti meminum the manis tanpa gula. Nikmat di lidah namun beku di jiwa.
Hari ini tahun 2011. Dan kembali aku bertemu hari yang masih belum kuketahui untuk apa dia ada. Hari ulang tahun menjadi terasa biasa bagiku. Bangun pagi, dapat ucapan selamat bertubi-tubi, dan wushh!!! Keadaan itu sekejap menghilang saat mentari selesai berkubang di ujang lautan. Kerabatku hanya memberikan ucapan hanya jika melihat langsung ragaku yang berusaha menyembunyikan jiwa yang merasa hambar akan hari lahirnya sendiri dan itu yang terjadi di hari lahirku yang sebelumnya. Namun saat ini aku merasakan semua itu berubah.
Tengah malam memasuki tanggal 6, aku dikejutkan oleh panggilan teman-temanku dari ponsel. Seperti biasa dan terasa sangat biasa sekali, aku menjawabnya dengan santai tanpa rasa senang yang berlebihan sedikit pun. Hey mereka semua ada di dalam sana namun ada sesuatu yang sangat berbeda. Teman yang sudah ku anggap seperti adik kesayanganku sendiri menggemakan suaranya yang pertama kali di telingaku. Terasa biasa? Tidak bagiku. Entah apa yang membuat aku terpaku sejenak mendengar suara mereka semua. Aku diam, tak tahu harus bagaimana berekspresi, aku bingung harus bicara apa. Lalu perasaan apa ini sebenarnya. Senang, sedih, marah, atau apa? Aku masih terus mematung di depan pagar rumah saat menerima telepon dari semua teman-temanku malam. Setelah panggilan itu berakhir, aku masih bingung harus melakukan apa. Terasa seperti kerapuhan jiwa yang telah berlangsung selama belasan tahun kini kokoh kembali. Masalah karier dan cinta seakan hilang dan terlihat remeh di pandanganku. Menyukseskan karier atau tidak dan berhasil menaklukan dan memiliki sebuah cinta atau tidak, sekarang hanya tontonan setara dengan Naruto dan sinchan. Membangkitkan semangat, dan menyulut kembali canda tawa jiwa yang selama ini telah dipalsukan ragaku sendiri.
Entah semen apa lagi yang akan membuatku membatu saat terang nanti, namun kini aku tidak merasakan kesepian ditengah keramaian lagi, tapi saat sepi ini tidak menyepikan diriku yang sedang berpesta pora didalamnya.
Ku persembahkan untuk teman-teman wish-key 2010 yang telah membuat tahun kemarin menjadi berbeda, dan beberapa teman yang telah membantu merubah tahun ini jadi lebih baik, untuk adikku tersayang yang sudah berikan perhatian yang telah hilang belasan tahun kemarin, dan beberapa teman yang telah mengajariku pengalaman yang merobek hati namun aku berterima kasih untuk itu semua.
Makasar, 06 Juni 2011
Setiap tanggal 6 juni, keluargaku selalu membuat acara untuk merayakan tangga itu. Tapi aku selalu merasa ragaku selalu ceria menyambut tanggal itu tapi tidak dengan jiwaku. Diantara keramaian pesta keluarga, ragaku menyamarkan kesepian, kebencian, dan pemberontak yang terkandung dalam jiwaku dengan euphoria diluarnya. Aku seakan kesepian dalam keramaian itu. Seakan 1 hari itu menjadi pengganti setahun yang belum bisa berikan hak jiwaku untuk damai selamanya.
Belasan tahun selalu terulang seperti itu. Memasuki tanggal 6 juni dan jreeengg!!!! Semuanya mengucapkan selamat ulang tahun. Tapi, selalu saja aku tidak menemukan dimana dan apa fungsi hari ulang tahun itu. Apa sebagai alasan untuk berpesta bersama keluarga, sebagai penghilang rasa sakit yang terjadi selama 1 tahun kemarin, atau sebagai pengingat bahwa besok kejadian yang terjadi selama belasan tahun akan terulang lagi? Aku mulai bosan memikirkan semua hal itu. Hidup serasa monotone, berubah bentuk namun tetap dengan warna yang sama. Semua itu seperti meminum the manis tanpa gula. Nikmat di lidah namun beku di jiwa.
Hari ini tahun 2011. Dan kembali aku bertemu hari yang masih belum kuketahui untuk apa dia ada. Hari ulang tahun menjadi terasa biasa bagiku. Bangun pagi, dapat ucapan selamat bertubi-tubi, dan wushh!!! Keadaan itu sekejap menghilang saat mentari selesai berkubang di ujang lautan. Kerabatku hanya memberikan ucapan hanya jika melihat langsung ragaku yang berusaha menyembunyikan jiwa yang merasa hambar akan hari lahirnya sendiri dan itu yang terjadi di hari lahirku yang sebelumnya. Namun saat ini aku merasakan semua itu berubah.
Tengah malam memasuki tanggal 6, aku dikejutkan oleh panggilan teman-temanku dari ponsel. Seperti biasa dan terasa sangat biasa sekali, aku menjawabnya dengan santai tanpa rasa senang yang berlebihan sedikit pun. Hey mereka semua ada di dalam sana namun ada sesuatu yang sangat berbeda. Teman yang sudah ku anggap seperti adik kesayanganku sendiri menggemakan suaranya yang pertama kali di telingaku. Terasa biasa? Tidak bagiku. Entah apa yang membuat aku terpaku sejenak mendengar suara mereka semua. Aku diam, tak tahu harus bagaimana berekspresi, aku bingung harus bicara apa. Lalu perasaan apa ini sebenarnya. Senang, sedih, marah, atau apa? Aku masih terus mematung di depan pagar rumah saat menerima telepon dari semua teman-temanku malam. Setelah panggilan itu berakhir, aku masih bingung harus melakukan apa. Terasa seperti kerapuhan jiwa yang telah berlangsung selama belasan tahun kini kokoh kembali. Masalah karier dan cinta seakan hilang dan terlihat remeh di pandanganku. Menyukseskan karier atau tidak dan berhasil menaklukan dan memiliki sebuah cinta atau tidak, sekarang hanya tontonan setara dengan Naruto dan sinchan. Membangkitkan semangat, dan menyulut kembali canda tawa jiwa yang selama ini telah dipalsukan ragaku sendiri.
Entah semen apa lagi yang akan membuatku membatu saat terang nanti, namun kini aku tidak merasakan kesepian ditengah keramaian lagi, tapi saat sepi ini tidak menyepikan diriku yang sedang berpesta pora didalamnya.
Ku persembahkan untuk teman-teman wish-key 2010 yang telah membuat tahun kemarin menjadi berbeda, dan beberapa teman yang telah membantu merubah tahun ini jadi lebih baik, untuk adikku tersayang yang sudah berikan perhatian yang telah hilang belasan tahun kemarin, dan beberapa teman yang telah mengajariku pengalaman yang merobek hati namun aku berterima kasih untuk itu semua.
Makasar, 06 Juni 2011
My dream
Menuju akhir malam minggu yang kelam tak bermandikan cahaya bulan yang ditelan hilang oleh hitam pekatnya awan, mataku tak kunjung terpengaruh oleh gravitasi bumi. Sudah ku coba meneguk beberapa gelas kopi namun rasa kantuk itu tak kunjung memenuhi kepalaku. Kucoba mengelilingi sekitar rumah dengan harapan akan menghabiskan tenagaku dan akhirnya raga ini meminta haknya untuk menidurkan dirinya sejenak. Sialan! Kenapa aku tak bisa tidur? Tiba-tiba aku teringat seseorang diseberang memoriku yang selalu mengganggu pikiranku sejak tiga hari lalu. Itu dia! Memori itu yang tak bisa membuatku terlelap. Aku mencoba mengambil telepon genggamku dan berharap aku bisa mendengarkan suara dewi aprhodite yang dapat mengantar ragaku ke tempat peristirahatannya. Tombolnya ku pencet dan harus kembali mendengar suara dengungan tak jelas yang harus dilahap oleh telingaku yang haus akan rasa rindu dengan suara penenang yang dulu. 3 kali aku coba untuk menghubunginya namun selalu dijawab oleh wanita yang selalu setia menjawab panggilan yang tak bertujuan. Ku coba sekali lagi, dengan rasa cemas akan kegagalan yang lama terjadi. Yes!!! Panggilanku di jawab oleh suara dewi aprhodite yang selama ini bayangannya mengganggu tidurku. Sapaannya seakan susunan nada music jazz yang menyejukan hati yang sedang tak teratur seiring nafasku. Terus kulakukan pembicaraan tentang apapun untuk tetap menjaga suaranya tetap menggema ditelinga batinku. Kejadian itu berlangsung selama 5 menit, namun 5 menit itu lebih berguna dari pada berjalan tengah malam dan segelas kopi.
Dalam tidurku aku merasa damai lebih dari tidurku selama beberapa tahun ini. Ini tidurku yang paling nikmat. Tanpa makan malam mewah ataupun ditemani dayang-dayang, namun tiap kata yang keluar dari kedua belah bibirnya yang menghangatkan tidurku. Dalam tidur yang tenang itu, lebih tenang dari jazad tanpa nyawa, aku mendapatkan hadiah luar biasa walaupun berbentuk mimpi yang hanya sesaat. Dalam mimpiku aku berwisata bersama semua temanku dan tentunya bersama gadis yang selalu mengganggu kerja otakku. Entah dimana tempat kami berpijak, tapi aku hanya ingat wajah manis yang menemaniku di depan pemandangan kanal kota yang luas sambil berbaring di lereng rumput hijau yang bergoyang seiring tiupan angin dan disinari cahaya merah langit senja. Kami berdua saling menatap mata masing-masing. Aku tidak pernah melihat kecerahan mata seorang wanita yang sangat kontras dan mendominasi sinar senja kala itu.
Ahhh!!! Tiba-tiba aku dibangunkan oleh detak jam dinding yang sangat jelas terdengar dalam kesunyian pukul 4 pagi. Aku belum rela melepas mimpi yang takan jadi kenyataan itu. Dia terlalu menggoda. Kucoba untuk terlelap kembali berharap mimpi itu hanya dihentikan sementara dan dapat dilanjutkan kembali. Tapi sia-sia. Mataku terus terjaga dan terus terjaga hingga cahaya fajar menampar wajahku.
Pesan pembunuh!!! Itu yang terjadi ketika aktifitas pagi dimulai. aku memulai mengirim pesan selamat pagi kembali pada pujaanku. Tapi apa balasannya? Aku malah menerima berita bahwa ia sudah bersama orang lain. Seseorang yang berada ditempat dan waktu yang tepat. Sial! Kenapa saat itu tak muncul niat dalam otakku untuk menyusul ke gubuknya yang indah! Dasar tolol! Sungguh bodoh diriku! Saat itu otakku dan seisinya seakan ditarik oleh burung gagak dan dibawa pergi. Aku tak bisa memikirkan apa-apa lagi. Otakku hanya dipenuhi dengan berbagai macam merek rokok kretek yang akan ku hisap hari ini. Rusak, hancur, seperti mobil tua yang disiap dijual setiap bagian besinya. Otakku sudah tak bisa digunakan seperti biasa. Saat itu silet dan pisau terlihat sangat bersahabat dan menjanjikan solusi pada pikiran yang telah hilang kesadarannya. Sendal jepit hasil pinjaman dan tembok rumahpun menjadi pelampiasan emosi yang telah mengambil alih kontrol akal sehatku. Kutampar pipiku sendiri hingga merah merona seperti makeup seorang pelacur menggunakan sandalku itu. Tanganku juga tak merasakan lagi sakit yang telah bermigrasi seluruhnya dalam hati menghantam tembok rumah dengan penuh benci di setiap sudut pukulan. Saat itu adalah hari terburuk dalam hidupku. Belum pernah aku merasakan penyesalan yang amat sangat seperti saat ini. Sampai saat ini aku masih berpikir cara apa yang digunakan laki-laki itu untuk mendapatkan hati dewi aprhodite pujaanku. Aku juga berpikir kenapa salah seorang yang sangat aku sayangi itu bisa masuk dalam perangkap cinta pria itu walaupun ia tau aku sangat menyayanginya.
Foto cantik miliknya yang ku pajang di setiap benda pribadiku seakan menjadi mimpi buruk yang memberikan pengharapan yang sangat berlebihan. Aku yang biasanya dapat membuat tulisan pendek hanya dalam beberapa jam kini menjadi mandul akan karya dan ide. Aku sudah tidak perduli dengan yang sudah terjadi. Karena seberapa keras kucoba lagi, pasti dunia akan merancang sedemikian rupa agar aku selalu gagal mengeksistensikan harapanku. Aku sudah bosan berharap, aku bosan menjadi pria gagal dengan macam masalah yang sama namun beda subjek, dan akan kalian lihat sisi lain diriku yang akan kalian semua sesali karena keberadaannya, seorang isocialis psikopat harapanku.
+"Saat kalian terus meminum obat yang sama setiap hari, kalian semua akan ketagihan dan kebal dengannya dan akhirnya dia akan membunuh kalian semua"+
Dalam tidurku aku merasa damai lebih dari tidurku selama beberapa tahun ini. Ini tidurku yang paling nikmat. Tanpa makan malam mewah ataupun ditemani dayang-dayang, namun tiap kata yang keluar dari kedua belah bibirnya yang menghangatkan tidurku. Dalam tidur yang tenang itu, lebih tenang dari jazad tanpa nyawa, aku mendapatkan hadiah luar biasa walaupun berbentuk mimpi yang hanya sesaat. Dalam mimpiku aku berwisata bersama semua temanku dan tentunya bersama gadis yang selalu mengganggu kerja otakku. Entah dimana tempat kami berpijak, tapi aku hanya ingat wajah manis yang menemaniku di depan pemandangan kanal kota yang luas sambil berbaring di lereng rumput hijau yang bergoyang seiring tiupan angin dan disinari cahaya merah langit senja. Kami berdua saling menatap mata masing-masing. Aku tidak pernah melihat kecerahan mata seorang wanita yang sangat kontras dan mendominasi sinar senja kala itu.
Ahhh!!! Tiba-tiba aku dibangunkan oleh detak jam dinding yang sangat jelas terdengar dalam kesunyian pukul 4 pagi. Aku belum rela melepas mimpi yang takan jadi kenyataan itu. Dia terlalu menggoda. Kucoba untuk terlelap kembali berharap mimpi itu hanya dihentikan sementara dan dapat dilanjutkan kembali. Tapi sia-sia. Mataku terus terjaga dan terus terjaga hingga cahaya fajar menampar wajahku.
Pesan pembunuh!!! Itu yang terjadi ketika aktifitas pagi dimulai. aku memulai mengirim pesan selamat pagi kembali pada pujaanku. Tapi apa balasannya? Aku malah menerima berita bahwa ia sudah bersama orang lain. Seseorang yang berada ditempat dan waktu yang tepat. Sial! Kenapa saat itu tak muncul niat dalam otakku untuk menyusul ke gubuknya yang indah! Dasar tolol! Sungguh bodoh diriku! Saat itu otakku dan seisinya seakan ditarik oleh burung gagak dan dibawa pergi. Aku tak bisa memikirkan apa-apa lagi. Otakku hanya dipenuhi dengan berbagai macam merek rokok kretek yang akan ku hisap hari ini. Rusak, hancur, seperti mobil tua yang disiap dijual setiap bagian besinya. Otakku sudah tak bisa digunakan seperti biasa. Saat itu silet dan pisau terlihat sangat bersahabat dan menjanjikan solusi pada pikiran yang telah hilang kesadarannya. Sendal jepit hasil pinjaman dan tembok rumahpun menjadi pelampiasan emosi yang telah mengambil alih kontrol akal sehatku. Kutampar pipiku sendiri hingga merah merona seperti makeup seorang pelacur menggunakan sandalku itu. Tanganku juga tak merasakan lagi sakit yang telah bermigrasi seluruhnya dalam hati menghantam tembok rumah dengan penuh benci di setiap sudut pukulan. Saat itu adalah hari terburuk dalam hidupku. Belum pernah aku merasakan penyesalan yang amat sangat seperti saat ini. Sampai saat ini aku masih berpikir cara apa yang digunakan laki-laki itu untuk mendapatkan hati dewi aprhodite pujaanku. Aku juga berpikir kenapa salah seorang yang sangat aku sayangi itu bisa masuk dalam perangkap cinta pria itu walaupun ia tau aku sangat menyayanginya.
Foto cantik miliknya yang ku pajang di setiap benda pribadiku seakan menjadi mimpi buruk yang memberikan pengharapan yang sangat berlebihan. Aku yang biasanya dapat membuat tulisan pendek hanya dalam beberapa jam kini menjadi mandul akan karya dan ide. Aku sudah tidak perduli dengan yang sudah terjadi. Karena seberapa keras kucoba lagi, pasti dunia akan merancang sedemikian rupa agar aku selalu gagal mengeksistensikan harapanku. Aku sudah bosan berharap, aku bosan menjadi pria gagal dengan macam masalah yang sama namun beda subjek, dan akan kalian lihat sisi lain diriku yang akan kalian semua sesali karena keberadaannya, seorang isocialis psikopat harapanku.
+"Saat kalian terus meminum obat yang sama setiap hari, kalian semua akan ketagihan dan kebal dengannya dan akhirnya dia akan membunuh kalian semua"+
Danau hitam
Saat emosiku sedang tak stabil aku selalu berada di tempat itu entah untuk menghilangkan perasaan yang tak perlu atau membuatnya menjadi menarik untuk dinikmati. Tempat itu serasa penuh atmosfer nikotin yang membuatku ingin terus kesana dan tinggal dalam waktu lama. tak ada pepohonan, yang ada hanya pemandangan gunung dan rumput-rumput kering yang terlihat gersang di siang hari namun tak terbayang keindahannya di malam hari.
Sebelum melakukan aktifitas yang sepertinya selalu berulang dan hanya berganti tempat, aku selalu tergoda untuk selalu pergi mengunjungi danau yang mengalahkan rasa ketagihan akan narkoba dan menggodaku untuk meninggalkan aktifitasku sejenak. Hari berganti hari, aku selalu berada di area danau itu dengan bermodalkan gitar pembarian orang tuaku, dan sebungkus rokok yang menemaniku menikmati danau yang belum bisa ku dapatkan dimana letak magnet penarik jiwa yang kesepian dari pemandangan gersang yang tak disukai sebagian orang.
Makin lama aku merasa telah meninggalkan pekerjaanku yang seharusnya. Tanpa kusadari semua tanggung jawabku kutinggalkan untuk membuang waktuku bersama genangan air luas yang tenang dan menyimpan banyak kejanggalan yang mengusik kalbu. Selalu ku coba untuk membagi waktu namun daya tarik danau itu lebih kuat dari doktrin Mario teguh sekalipun. Bagaimana kalau aku terus berada disini? Apakah masih bisa aku perbaiki hal yang telahg kutinggalkandan akan ku bereskan dilain hari? Pertanyaan itu tinggalah pertanyaan yang menghilang dari pikiran secara tiba-tiba saat danau hitam itu menarikku kembali kesana seakan disana adalah pusat grafitasi bumi yang kan menarik apa saja yang tak terbaca arahnya di dunia ini.
Stelah beberapa bulan kemudian, aku sadar bahwa gravitasi bumi sekalipun bisa dikalahkan oleh sentakan peluru dan roket. Mengapa aku tak bisa? Saat itu kepalaku langsung terasa penuh dengan hal-hal mengerikan yang akan kulakukan untuk lolos dari medan magnet danau kelabu itu. namun godaannya terlalu kuat hingga aku sulit melepas ikatan besi nafsu yang yang selalu membuatku terseret kembali kesana. Pertolongan dari kerabatpun aku abaikan karena kepercayaan terhadap diriku sendiri untuk melawannya. Mereka selalu memberiku senjata perobek hati yang bisa membantuku melepaskan besi itu dengan mudah namun aku bersikeras akan membukanya dengan tanganku sendiri.
Mula-mula mulai ku tanam pagar dari pohon bonsai yang tumbuh liar disekitar danau secara berjejer membentuk pagar yang bisa menghalangi pandanganku pada grafik ilahi yang sangat menakjubkan itu. ternyata perlu lebih dari sekedar pohon lebat untuk menutupinya. Mata batin yang selalu terasa kosong ini selalu mengarahkan otakku untuk menggapai kembali kenikamatan rasa yang pernah ditawarkan oleh danau itu. aku berusaha melawan dengan bantuan pohon bonsai yang masih kecil itu. tapi sekali lagi aku tak bisa menahan inderaku sepenuhnya dan saat itu juga kuputuskan akan membiarkan hidupku terisi dengan hitam kelabu danau dunia yang dicari namun tak disukai oleh semua orang. Aku tak tau apakah selamanya aku hanya bisa melihat permukaan yang tenang dan penuh teror itu atau aku akan menyelami isi danau yang mungkin saja berisi monster-monster ganas dari jaman purba yang siap melahap apa saja yang tak berpendirian kuat.
Mungkin aku hanya bisa menikmatinya secara normal saja, tanpa rasa ketagihan yang berlebih
Sebelum melakukan aktifitas yang sepertinya selalu berulang dan hanya berganti tempat, aku selalu tergoda untuk selalu pergi mengunjungi danau yang mengalahkan rasa ketagihan akan narkoba dan menggodaku untuk meninggalkan aktifitasku sejenak. Hari berganti hari, aku selalu berada di area danau itu dengan bermodalkan gitar pembarian orang tuaku, dan sebungkus rokok yang menemaniku menikmati danau yang belum bisa ku dapatkan dimana letak magnet penarik jiwa yang kesepian dari pemandangan gersang yang tak disukai sebagian orang.
Makin lama aku merasa telah meninggalkan pekerjaanku yang seharusnya. Tanpa kusadari semua tanggung jawabku kutinggalkan untuk membuang waktuku bersama genangan air luas yang tenang dan menyimpan banyak kejanggalan yang mengusik kalbu. Selalu ku coba untuk membagi waktu namun daya tarik danau itu lebih kuat dari doktrin Mario teguh sekalipun. Bagaimana kalau aku terus berada disini? Apakah masih bisa aku perbaiki hal yang telahg kutinggalkandan akan ku bereskan dilain hari? Pertanyaan itu tinggalah pertanyaan yang menghilang dari pikiran secara tiba-tiba saat danau hitam itu menarikku kembali kesana seakan disana adalah pusat grafitasi bumi yang kan menarik apa saja yang tak terbaca arahnya di dunia ini.
Stelah beberapa bulan kemudian, aku sadar bahwa gravitasi bumi sekalipun bisa dikalahkan oleh sentakan peluru dan roket. Mengapa aku tak bisa? Saat itu kepalaku langsung terasa penuh dengan hal-hal mengerikan yang akan kulakukan untuk lolos dari medan magnet danau kelabu itu. namun godaannya terlalu kuat hingga aku sulit melepas ikatan besi nafsu yang yang selalu membuatku terseret kembali kesana. Pertolongan dari kerabatpun aku abaikan karena kepercayaan terhadap diriku sendiri untuk melawannya. Mereka selalu memberiku senjata perobek hati yang bisa membantuku melepaskan besi itu dengan mudah namun aku bersikeras akan membukanya dengan tanganku sendiri.
Mula-mula mulai ku tanam pagar dari pohon bonsai yang tumbuh liar disekitar danau secara berjejer membentuk pagar yang bisa menghalangi pandanganku pada grafik ilahi yang sangat menakjubkan itu. ternyata perlu lebih dari sekedar pohon lebat untuk menutupinya. Mata batin yang selalu terasa kosong ini selalu mengarahkan otakku untuk menggapai kembali kenikamatan rasa yang pernah ditawarkan oleh danau itu. aku berusaha melawan dengan bantuan pohon bonsai yang masih kecil itu. tapi sekali lagi aku tak bisa menahan inderaku sepenuhnya dan saat itu juga kuputuskan akan membiarkan hidupku terisi dengan hitam kelabu danau dunia yang dicari namun tak disukai oleh semua orang. Aku tak tau apakah selamanya aku hanya bisa melihat permukaan yang tenang dan penuh teror itu atau aku akan menyelami isi danau yang mungkin saja berisi monster-monster ganas dari jaman purba yang siap melahap apa saja yang tak berpendirian kuat.
Mungkin aku hanya bisa menikmatinya secara normal saja, tanpa rasa ketagihan yang berlebih
Dia peraguku #4
sama kayak note abal2 sebelumnya, kali ini gue ga punya ide sama sekali (entah karena ga punya inspirasi ato emang dah tumpul dari sononya) tapi tetep aja gue harus nulis ni note karena panggilan jiwa (gue rasa gitu). nah berhubung cerita bagian 1 sampe 3 yang sebelumnya menggunakan kata-kata luar biasa dengan pendewaan ejaan yang dilebaikan, gue takutnya lo semua bakal niru-niru lagi kata-kata gue, jadi gue putusin untuk menyimpan kehebatan gue yang luar biasa itu untuk proyek yang lebih berguna (mank kapan note gue ada gunanya).
gue mulai dapat pertanyaan yang membangun sampe pertanyaan yang ga tau harus di jawab kayak gimana karena menurut gue ga perlu nanya tu pohon apaan ya, ato seberapa besar pengaruh produksi buahnya terhadap perekonomian di Indonesia (jadi ga perlu digubris donk). kata-kata yang gue pake malah dibuat jadi bahan gosip antara gue sama ade gue di note "cahaya matahari pagi yang berkelana" yang bikin dari temen sampe bonyok gue sendiri jadi tukang gosip. tapi gue ga tarlalu khawatir karena kucing gue si sockclean yang diam-diam juga bikin note belum tau ni gosip (alhamdulilah atas kebodohan kucing). gue juga takut sapa tau ada temen gue yang kebetulan penjual tahu tempe bakal baca and terinspirasi buat jadi penulis online juga kan bisa gawat karena bisa menghambat laju pemasokan dan distribusi tahu tempe di Indonesia yang nanti nya dapat mempengaruhi neraca pemasukan negara, abis itu gue jadi tersangka utama penyebab turunnya pemasukan negara dan di hukum menjadi distributor tempe tahu seluruh indonesia selama 1 tahun, kan tampang gue ga banget buat jadi penjual tempe tahu (jadi gigolo yang ga laku2 sih yang cocok kyknya).
nah abis tu yang masuk dalam note gue yang gue jadikan "pohon" sebenernya asik-asik aja bacanya tapi yang jadi masalah dia tau maksud note gue dan jeleknya lagi note gue hanya jadi sekedar note sampai sekarang. pernah gue berharap di note "dia peraguku #5" akan gue tulis pohon beserta rumahnya udah jadi milik gue nnti. yah tapi apa mau dikata gue cuma bsa jadi jomblo keren yang nulis note paling keren juga dan dibaca oleh sebagian besar orang yang pengen muntah dengan master piece gue.
yahh sampe situ dulu note gue yang super keren abizz ini dan tunggu gmna nasib pohon sama gue nantinya, salam damai selalu (di dunia yang belum pernah damai sepenuhnya).
gue mulai dapat pertanyaan yang membangun sampe pertanyaan yang ga tau harus di jawab kayak gimana karena menurut gue ga perlu nanya tu pohon apaan ya, ato seberapa besar pengaruh produksi buahnya terhadap perekonomian di Indonesia (jadi ga perlu digubris donk). kata-kata yang gue pake malah dibuat jadi bahan gosip antara gue sama ade gue di note "cahaya matahari pagi yang berkelana" yang bikin dari temen sampe bonyok gue sendiri jadi tukang gosip. tapi gue ga tarlalu khawatir karena kucing gue si sockclean yang diam-diam juga bikin note belum tau ni gosip (alhamdulilah atas kebodohan kucing). gue juga takut sapa tau ada temen gue yang kebetulan penjual tahu tempe bakal baca and terinspirasi buat jadi penulis online juga kan bisa gawat karena bisa menghambat laju pemasokan dan distribusi tahu tempe di Indonesia yang nanti nya dapat mempengaruhi neraca pemasukan negara, abis itu gue jadi tersangka utama penyebab turunnya pemasukan negara dan di hukum menjadi distributor tempe tahu seluruh indonesia selama 1 tahun, kan tampang gue ga banget buat jadi penjual tempe tahu (jadi gigolo yang ga laku2 sih yang cocok kyknya).
nah abis tu yang masuk dalam note gue yang gue jadikan "pohon" sebenernya asik-asik aja bacanya tapi yang jadi masalah dia tau maksud note gue dan jeleknya lagi note gue hanya jadi sekedar note sampai sekarang. pernah gue berharap di note "dia peraguku #5" akan gue tulis pohon beserta rumahnya udah jadi milik gue nnti. yah tapi apa mau dikata gue cuma bsa jadi jomblo keren yang nulis note paling keren juga dan dibaca oleh sebagian besar orang yang pengen muntah dengan master piece gue.
yahh sampe situ dulu note gue yang super keren abizz ini dan tunggu gmna nasib pohon sama gue nantinya, salam damai selalu (di dunia yang belum pernah damai sepenuhnya).
Dia peraguku #3
lagi, aku harus memilih keputusan. antara keegoisanku dan kegembiraan bagi yang lain. saat aku mulai optimis akan terus merawat pohonku sampai dia tak bsa lagi berkembang, rasa ketidak sanggupan akhirnya datang juga. aku merasa saat memupuki dan mengairinya tak lagi memberikan pertumbuhan seperti biasanya, dan buahnya pun tak lagi memberikan kesegaran seperti biasanya. aku mulai sadar bahwa pohonku lebih membutuhkan orang yang bisa memberikan kebutuhan lebih dan takan merasa menyesal telah hidup di dunia ini.
tak ada lagi hembusan angin pembawa pesan kesejukan dari pohon itu seperti hari-hari kemarin yang selalu memanjakan mata dan batinku yang terlalu berharap banyak akan kepemilikanmu. aku tak punya lagi tempat yang sangat rindang untuk menikmati setiap tumpahan batangan coklat di sekitar akar-akar dan sambil bersandar di batangmu yg berikan rasa nyaman dan sejuta inspirasi yang selalu membuatku merasa lebih ringan di dunia hingga saat ini.
aku sadar kekagumanku hanyalah sebatas ego manusia yang hanya ingin menaklukan namun tak merawatnya sesuai tujuan dalam penaklukannya. aku terlalu terbuai dengan keindahan hijau kuning daunmu yang sebenarnya tak pantas menjadi miliku yang belum dapat berdiri sendiri dalam drama kehidupan ilahi. tapi tetap saja aku masih menginginkan kesejukan dibawah naungannya yang tak lagi bisa dan tak pantas ku dapatkan. pohonku selalu mengingatkan ku untuk terus memikirkannya setiap waktu, tapi aku terus berusaha tak melewati rumah itu lagi agar tak terpesona lagi oleh pantulan cahaya paginya.
sekali lagi aku sudah tak bisa merawatmu seperti biasa. kaupun dapat mencari air dan pupukmu sendiri, bahkan selalu ada tetangga yang selalu memperhatikanmu. jika kau memang benar-benar membutuhkanku, aku kan selalu menunggu tiupan angin pesan kesejukan ditiap daun hijaumu..................
entah senang atau sedih, aku berterima kasih atas perhatian yg membuatku merasa senang dibeberapa hari terakhir ini.
for : unforgotten lovely tree
tak ada lagi hembusan angin pembawa pesan kesejukan dari pohon itu seperti hari-hari kemarin yang selalu memanjakan mata dan batinku yang terlalu berharap banyak akan kepemilikanmu. aku tak punya lagi tempat yang sangat rindang untuk menikmati setiap tumpahan batangan coklat di sekitar akar-akar dan sambil bersandar di batangmu yg berikan rasa nyaman dan sejuta inspirasi yang selalu membuatku merasa lebih ringan di dunia hingga saat ini.
aku sadar kekagumanku hanyalah sebatas ego manusia yang hanya ingin menaklukan namun tak merawatnya sesuai tujuan dalam penaklukannya. aku terlalu terbuai dengan keindahan hijau kuning daunmu yang sebenarnya tak pantas menjadi miliku yang belum dapat berdiri sendiri dalam drama kehidupan ilahi. tapi tetap saja aku masih menginginkan kesejukan dibawah naungannya yang tak lagi bisa dan tak pantas ku dapatkan. pohonku selalu mengingatkan ku untuk terus memikirkannya setiap waktu, tapi aku terus berusaha tak melewati rumah itu lagi agar tak terpesona lagi oleh pantulan cahaya paginya.
sekali lagi aku sudah tak bisa merawatmu seperti biasa. kaupun dapat mencari air dan pupukmu sendiri, bahkan selalu ada tetangga yang selalu memperhatikanmu. jika kau memang benar-benar membutuhkanku, aku kan selalu menunggu tiupan angin pesan kesejukan ditiap daun hijaumu..................
entah senang atau sedih, aku berterima kasih atas perhatian yg membuatku merasa senang dibeberapa hari terakhir ini.
for : unforgotten lovely tree
Dia peraguku #2
Kembali aku segera bergegas menuju rumah tak berpenghuni itu lagi. Dan tetap tak bosan dengan pohon kesayanganku itu, langsung ku bersihkan kembali kotoran dan debu di sekelilingnya. Aku berniat menikmati rindang dan sejuknya hambusan angin di siang itu sambil menikmati batangan coklat van houten lemon yg baru ku beli di toko dekat rumah bersama pohonku. Tapi ada sesuatu yg ganjil. Aku terus saja mencari asal kegelisahan itu dan akhirnya kutemukan bahwa ia membutuhkan sesuatu yg ia butuhkan. Sebagian daunnya termakan jamur dan cacing. Dan pasti aku tak punya cara membunuh hama itu. Tiba2, dtg seseorang yg bilang dya bsa membersihkannya. Aku tak tau harus berbuat apa! Dan akupun tak bsa meninggalkan pohon yg msi kuat itu dirusak oleh hama. Dengan stengah hati, aku terpaksa membiarkan org itu membersihkannya. Aku msi tidak rela knapa bukan aku yg melakukannya? Knapa harus dia? Tpi aku sadar tumbuhanku lebih membutuhkannya saat ini. Aku masih tidak rela dan merasa tak berguna saat itu.
Stelah itu aku berpikir, rumah ini belumlah miliku dan org itu pun klihatannya juga menginginkan rumah itu. Org itu terlihat mapan dalam mengurus hidupnya dan sempat ingin ku biarkan pohonku biarlah dirawat olehnya. Karena kupikir mungkin dia lebih dapat memberikan kebutuhan tumbuhan yg baik untuk pertumbuhannya. Bsa kau rasakan???
Stelah itu aku berpikir, rumah ini belumlah miliku dan org itu pun klihatannya juga menginginkan rumah itu. Org itu terlihat mapan dalam mengurus hidupnya dan sempat ingin ku biarkan pohonku biarlah dirawat olehnya. Karena kupikir mungkin dia lebih dapat memberikan kebutuhan tumbuhan yg baik untuk pertumbuhannya. Bsa kau rasakan???
Dia peraguku
saat pohon hijau itu masih bertuan aku hanya bsa menatapnya dari luar pagar dan menikmati kehijauannya. pagi yg membawa embun sisa keharuan malam yg lalu menyegarkan tampilan hijau berbinar di pagi yg msi hangat. setiap pagi aq slalu memperhatikan pohon indah itu namun skali lagi hanya bsa menatapnya dari luar pagar berikut tuannya yg sedang mengairinya. keesokan harinya seperti biasa aq lewat dan memandangi tumbuhan yg tegar dari derasnya angin yg menyerang tuannya dan skali lagi aku kagum akan ketegasan yg mendominasi pekarangan tuannya. semakin hari aku semakin penasaran dengan pohon segar yg memberi kenikmatan mata purba ini apakah hanya hijau yg ia miliki??? aku pun mencoba untuk melewati pagar dan mengetahui bahwa pohon itu tak hanya hijau, ternyata aku melihat daun-daun kuning dan coklat yg siap dilepaskan demi tumbuhnya daun yg baru. kulihat akarnya yg kokoh yg dikotori sisa-sisa daun matinya yg coklat dan mengeras tak mampu dibersihkan dan di buang ke penampungan sampah oleh tuannya yg hanya ingin menikmati keindahannya tanpa perawatan yg khusus.
menjelang beberapa pekan seperti biasa, aku melewati rumah itu lagi. tak kulihat si tuan rumah mengairi pohon favoritku seperti biasa. daunnya mulai menguning dan banyak ranting yg bertebaran di tanahnya berpijak yg tak dipungut. tapi aku terus berlalu untuk menghijaukan daunku sendiri dan saat itu aku hampir melupakannya. tersadar akan keadaannya, aku kembali berlari menuju pagar berkarat itu dan melihat keadaannya sepintas dengan harapan tuan pohon telah memberikan apa yg ia mau. ternyata aku salah, sang tuan rumah sdah tak ada dan mencari rumah yg baru untuk ditinggali bersama pohon hijau yg baru. seketika aku langsung mencoba melompat melangkahi pagar yg tak lagi putih itu dan mendapatkan keadaan pekarangan rumah yg tak sehijau dulu. apakah pohon ini sdah tidak lagi memberikan buah yg bsa di ambil oleh tuannya ataukah tuannya telah bosan merawat dan mendapat hasil yg sama sepanjang merawatnya??? aku tak mengerti apa yg kurang dengan pohon itu. tiba-tba terlintas dalam otak ini "kenapa tidak jika aku yg mulai merawatnya???".
dengan rasa semangat yg tak diketahui dari mana lahirnya, aku mulai merawat pohon itu dengan suka cita. daunnya yg telah gugur kukumpulkan untuk dijadikan pupuk nantinya, ranting-ranting dan sampah lainnya ku buang ke penampungan agar tanah disekitarnya bersih dan aku dapat menagih kerindangan siang hari yg dia janjikan. selanjutnya kusirami setiap pagi dan kuberikan pupuk yg telah kukumpulkan kemarin dari sisa daun gugurnya tanpa perduli kepemilikan atas pohon yg telah mencuri perhatianku dari pohon-pohon dan bunga-bunga lainnya.
setelah beberapa hari tanaman cantik itu menghasilkan buah yg berwarna cerah dan manis rasanya, namun ia belum dapat menghasilkan buah yg berlimpah untuk ku nikmati tapi tetap saja buah pertama yg sangat berbeda kesegarannya dari buah pohon yg pernah coba ku rawat. 2 hari aku menikmati buah segar yg tak sepat walaupun kusimpan hingga malam yg tak berikanku kesempatan tuk merawatnya dan tak kuberikan pada orang lain krna takut mereka mengambil dan mencuri buah pohon yg telah kurawat dan ku selamatkan dari ketidakpekaan tuan lamanya.
saat itu aku mulai berpikir bagaimana agar pohon ku tak terusik lagi dari ancaman binatang dan masyarakat yg telah lama bermukim disekitarnya. "apakah aku harus menjadi tuan rumah yg baru di rumah kosong itu???", terlintas secara cepat secepat anak panah malaikat cinta dalam benakku. sepertinya aku bisa membeli rumah itu dan mendapatkan pengakuan atas kepemilikan pohon surga yg telah ku perjuangkan itu. dan rasa itu makin hari makin menjadi dan memutuskan untuk membersihkan semua sampah disekitar rumah itu dan mempersiapkannya terlbih dahulu sebelum menemani pohon kesayanganku itu.
sampai hari ini aku hanya bisa membersihkan, mengairi, dan memberi pupuk sebagaimana biasa terhadap pohoh terindah ku itu, dan aku pun belum dapat memutuskan waktu yg tepat untuk menempati rumah itu. tapi satu hal yg pastii, aku takan membiarkan pohon impianku ini terusik dan tak terurus seperti dulu lagi. "rasa kecewaku hanya gugur bersama rantingnya yg tak lagi bertahan"
for my lovely sweet tree
menjelang beberapa pekan seperti biasa, aku melewati rumah itu lagi. tak kulihat si tuan rumah mengairi pohon favoritku seperti biasa. daunnya mulai menguning dan banyak ranting yg bertebaran di tanahnya berpijak yg tak dipungut. tapi aku terus berlalu untuk menghijaukan daunku sendiri dan saat itu aku hampir melupakannya. tersadar akan keadaannya, aku kembali berlari menuju pagar berkarat itu dan melihat keadaannya sepintas dengan harapan tuan pohon telah memberikan apa yg ia mau. ternyata aku salah, sang tuan rumah sdah tak ada dan mencari rumah yg baru untuk ditinggali bersama pohon hijau yg baru. seketika aku langsung mencoba melompat melangkahi pagar yg tak lagi putih itu dan mendapatkan keadaan pekarangan rumah yg tak sehijau dulu. apakah pohon ini sdah tidak lagi memberikan buah yg bsa di ambil oleh tuannya ataukah tuannya telah bosan merawat dan mendapat hasil yg sama sepanjang merawatnya??? aku tak mengerti apa yg kurang dengan pohon itu. tiba-tba terlintas dalam otak ini "kenapa tidak jika aku yg mulai merawatnya???".
dengan rasa semangat yg tak diketahui dari mana lahirnya, aku mulai merawat pohon itu dengan suka cita. daunnya yg telah gugur kukumpulkan untuk dijadikan pupuk nantinya, ranting-ranting dan sampah lainnya ku buang ke penampungan agar tanah disekitarnya bersih dan aku dapat menagih kerindangan siang hari yg dia janjikan. selanjutnya kusirami setiap pagi dan kuberikan pupuk yg telah kukumpulkan kemarin dari sisa daun gugurnya tanpa perduli kepemilikan atas pohon yg telah mencuri perhatianku dari pohon-pohon dan bunga-bunga lainnya.
setelah beberapa hari tanaman cantik itu menghasilkan buah yg berwarna cerah dan manis rasanya, namun ia belum dapat menghasilkan buah yg berlimpah untuk ku nikmati tapi tetap saja buah pertama yg sangat berbeda kesegarannya dari buah pohon yg pernah coba ku rawat. 2 hari aku menikmati buah segar yg tak sepat walaupun kusimpan hingga malam yg tak berikanku kesempatan tuk merawatnya dan tak kuberikan pada orang lain krna takut mereka mengambil dan mencuri buah pohon yg telah kurawat dan ku selamatkan dari ketidakpekaan tuan lamanya.
saat itu aku mulai berpikir bagaimana agar pohon ku tak terusik lagi dari ancaman binatang dan masyarakat yg telah lama bermukim disekitarnya. "apakah aku harus menjadi tuan rumah yg baru di rumah kosong itu???", terlintas secara cepat secepat anak panah malaikat cinta dalam benakku. sepertinya aku bisa membeli rumah itu dan mendapatkan pengakuan atas kepemilikan pohon surga yg telah ku perjuangkan itu. dan rasa itu makin hari makin menjadi dan memutuskan untuk membersihkan semua sampah disekitar rumah itu dan mempersiapkannya terlbih dahulu sebelum menemani pohon kesayanganku itu.
sampai hari ini aku hanya bisa membersihkan, mengairi, dan memberi pupuk sebagaimana biasa terhadap pohoh terindah ku itu, dan aku pun belum dapat memutuskan waktu yg tepat untuk menempati rumah itu. tapi satu hal yg pastii, aku takan membiarkan pohon impianku ini terusik dan tak terurus seperti dulu lagi. "rasa kecewaku hanya gugur bersama rantingnya yg tak lagi bertahan"
for my lovely sweet tree
cahaya mentari pagi yang berkelana
kelamnya hidup menawarkan sejuta hiburan yg slalu menabrakan 2 pikiran yg sejatinya bertolak belakang dimana pikiran yg satu akan tetap bereuforia dalam kegelapan dunia yg hanya sebentar dan pikiran yg satu lgi slalu membuat tembok berlin yg menghalangi kesenangan hidup bersama yg mereka pikir adalah virus bagi akal yg mereka anggap sempurna. kegelapan tersebut menawarkan persahabatan sejati, kasih sayang sejati, bahkan kabar2 burung yg sarat akan bennih-benih cinta.
kegelapan yg terang itu slalu di hiasi gema dari anak2 bumi yg msi hijau terhadap dunianya sendiri dan rautan kayu bertalikan besi penyempurna langkah pencarian jati diri mereka dalam kelamnya dunia ini. tpi skali lagi para penentang msi menganggap ini semua hanya menyia-nyiakan pergerakan alam semesta yg telah di anugerahkan pada mereka, sang anak bumi.
namun, cinta adalah pemanis hidup yg paling bercahaya di kegelapan itu. rasa itu bagai gerakan peluru yg selalu selaras dengan letusan bubuk mesiu dan membuat gaung khas yg menjajah kesepian nurani. tpi rasa itu msi terlalu memabukan tenggorokan iman yg masih purba dan garis2 ke-egoisan dalam kalbu. namun sesuatu yg terlarang akan dipandang sebagai tebing yg menantang jiwa yg penasaran untuk didaki dan tidak menghiraukan sang pelahap jiwa-jiwa tanpa arah. tapi tetap saja cinta yg memanjakan lidah asmara akan tumbuh seperti rumput liar yg takan mati walaupun digilas dengan roda kebencian.
semua dualisme yg takan temukan ujungnya itu selalu menunggu penghangat tubuh anak2 bumi yg mungil dan kelelahan akan rasa penasaran mereka sendiri, sang mentari pagi yg berkelana menyusuri luasnya kegelapan semesta. kilauannya tak serupa berlian yg pancarkan sinar namun dingin. tiap langkahnya berikan kehangatan jiwa sang bulan yg telah bertahan menyinari kegelapan dan rindu akan hadirnya. dan cahaya mentari pagi yg berkelana akan selalu menapaki setiap sukma yg telah beku karna kegelapan.
for : cahaya mentari yang berkelana
kegelapan yg terang itu slalu di hiasi gema dari anak2 bumi yg msi hijau terhadap dunianya sendiri dan rautan kayu bertalikan besi penyempurna langkah pencarian jati diri mereka dalam kelamnya dunia ini. tpi skali lagi para penentang msi menganggap ini semua hanya menyia-nyiakan pergerakan alam semesta yg telah di anugerahkan pada mereka, sang anak bumi.
namun, cinta adalah pemanis hidup yg paling bercahaya di kegelapan itu. rasa itu bagai gerakan peluru yg selalu selaras dengan letusan bubuk mesiu dan membuat gaung khas yg menjajah kesepian nurani. tpi rasa itu msi terlalu memabukan tenggorokan iman yg masih purba dan garis2 ke-egoisan dalam kalbu. namun sesuatu yg terlarang akan dipandang sebagai tebing yg menantang jiwa yg penasaran untuk didaki dan tidak menghiraukan sang pelahap jiwa-jiwa tanpa arah. tapi tetap saja cinta yg memanjakan lidah asmara akan tumbuh seperti rumput liar yg takan mati walaupun digilas dengan roda kebencian.
semua dualisme yg takan temukan ujungnya itu selalu menunggu penghangat tubuh anak2 bumi yg mungil dan kelelahan akan rasa penasaran mereka sendiri, sang mentari pagi yg berkelana menyusuri luasnya kegelapan semesta. kilauannya tak serupa berlian yg pancarkan sinar namun dingin. tiap langkahnya berikan kehangatan jiwa sang bulan yg telah bertahan menyinari kegelapan dan rindu akan hadirnya. dan cahaya mentari pagi yg berkelana akan selalu menapaki setiap sukma yg telah beku karna kegelapan.
for : cahaya mentari yang berkelana
Senin, 19 September 2011
Teh manis tanpa gula
Tiap orang punya cerita masing-masing tentang proses pendidikan mereka mulai dari SD, SMP, SMA, ga lulus SMA, pindah sekolah lain, dan akhirnya berjuang buat masuk universitas. Sebagian ketrima, sebagian berjuang buat tahun depan, dan sebagian tetap mempertahankan motto home sweet home.Tapi dari semua itu tetep aja ada cerita yang selalu membuat kita merasa bangga telah melewati itu semua dan juga omelan bokap nyokap selalu menyertai. Dari SD kita terus diomeli oleh orang tua “knapa nilai kamu ga bagus!, knapa ga ngerjain PR!, knapa ga ngerjain pekerjaan rumah!, knapa pake kolor kebalik!” tapi semua itu akan kita lakukan juga kelak pada anak-anak kita yang liar kayak kuda binal nantinya.
Banyak cerita kakak-kakak yang sudah mengalami yang namanya sekolah dan bangku perkuliahan. Saat dengar cerita-cerita itu seakan semuanya Cuma angan-angan dan pelebaian ide cerita dari sebuah realita yang mereka alami. Waktu masuk kuliah semua itu terbukti benar. Cerita mereka memang dilebaikan dengan masuknya mahasiswa baru dengan babak belur di wajah dan kelamin (bagi mahasiswa yang kurang beruntung bertemu dengan pengospek homo). Tidak semuanya seperti itu. saat acara penerimaan mahasiswa baru, kami sebagai mahasiswa baru merasa terhormat dengan masuk universitas ternama dan dijamu layaknya tamu kehormatan oleh mahasiswa di universitas itu. namun setelah kami semua dibagi ke fakultas masing-masing, pelebaian cerita yang di atas menjadi realita yang mungkin saja lebih lebay dari kelebaian maksimal yang lebay. Untuk cerita ini gue skip aja dulu karena lo smua udah pernah ngalamin dan gue juga ga mau nginget masalah itu lagi, terlalu menyakitkan tau ga.
Sebenarnya yang paling seru dari kehidupan di kampus adalah kehidupan yang diselimuti atmosphere pesta, ngumpul bareng temen, dan juga cinta. Untuk masalah pesta sepertinya semua orang suka pesta walaupun punya persepsi berbeda tentang sebuah pesta yang asik menurut mereka. Masalah ngumpul bareng udah pasti kudu ada karena bagaimanapun manusia adalah makhluk social yang butuh sesamanya untuk bercerita, berkeluh kesah, tertawa bersama, nemenin minum-minum, tempet minjam duit kalo ATM lagi cemberut, dan juga penting buat nongkrong sama orang warung biar gampang ngutang dan pinjem kutang. Oke, dan masalah yang paling sensitive yang bisa membuat seorang mahasiswa tangguh sekeras tugu menjadi lembek dan garing kayak e’e kucing abis makan potato chips, dia adalah cinta. Nah masalah cinta sangat sulit dijabarkan secara umum karena ada aja hal-hal tanggung yang menubruk cowo-cowoknya mulai dari kalah saing karena musuh 1 langkah lebih awal di depan, muka kurang tampan, jerawat kurang banyak, materai lebih indah dari pada cewenya, dan mungkin aja ada yang kecantol ama cewek lesbian, sampe ada cowok yang bilang “blom ada cewe yg selevel dengan gue” sampe akhirnya dia menjomblo sampe tua. Jadi, untuk masalah ini gue bakal bagiin sdikit punya gue ( punya gue??? Mau yang mana???).
Masuk kuliah pertama dengan baju kemeja, celana jeans, sepatu baru beli ato baru “minjem”, tas kesayangan dari SMA, buku binder baru, dan semua kepala bikin eneg pas makan somay keliling (licin coy). Saat itu yang cewe semuanya rapih dan rambut diiket ke belakang. Ga ada yang menarik. Tapi stelah proses pembantaian massal itu berjalan setelah beberapa bulan, gue baru nyadarin banyak temen seangkatan gue yang udah jadian, udah PDKT, udah nyari target, udah ngiler liat cewe, udah “berusaha” menarik perhatian cewe, udah jomblo lama banget, udah siap menerima nasib bakal jomblo selamanya, dan udah ga nahan boker karena ga ada wc yang sanggup dipanggil wc.
Yap waktu itu, saat kita dibentuk dalam sebuah kepanitiaan, ada temen seangkatan yang bikin gue penasaran. Sebut saja namanya telly (bukan nama sebenarnya). Rambut panjang, kulit putih, kebule-bulean menjurus indo, udah berpacaran dengan temen seangkatan gue juga ( ga usah gue sebut namanya disini nanti si rendi marah lagi, sorry men), dan suka semua yang serba merah. Waktu itu gue Cuma bisa bilang wow, ohwww, auuww, yahhh……… dia punya cowo. Yaudah enjoy dengan kehidupan dan anggap itu Cuma kagum aja. Eh ga lama gue denger mereka dah bubaran dengan alasan yang sampe sekarang masih gue pertanyakan. Yap gue syock denger itu dan nyamperin dia “im sorry to hear that” tapi tangan gue udah di udara dan menyatakan “jomblo adalah masa lalu, PDKT adalah masa depan” tapi ga ada yang protes karena baru perencanaan aja.
Proses PDKT pun dijalankan dengan gegap gempita. Mulai dari bela-belain ga pulang rumah buat nganterin si target pulang kerumah dengan selamat tiap hari, nraktir makan seadanya, dan nganter pulang lagi ( sangat ga modal teman!). dan saat-saat yang mendebarkan hingga berdiri bulu kuduk, bulu lain-lain, dan bulu jaket akhirnya tiba. Gue sadar ini sat yang tepat buat nembak (robot kantam pada ngumpul diblakang kasih semangat “drop your weapon, fire fire!!!”). saat itu lorong redup dan Cuma berdua aja dsitu, langsung aja “ tel, gue suka sama lo” jreeng!!! Hpnya tiba-tiba ada panggilan dan langsung dia jawab. “kampret! Dia dengerin gue tadi ato nggak?” jerit gue karena panggilan itu tapi gue berharap dia ga denger tadi dan ngulang nembak dia lagi dengan menghancurkan hpnya terlebih dahulu. Kita ke kantor secretariat yang terpaksa dipanggil begitu karena fungsinya, ngambil helm dan langsung lanjut nganter dia pulang. Lagi di jalan menuju parkiran gue udah siap ngomong lagi tapi, ternyata si telly denger bacotan gue yang tadi. “yan, lo ngomong paan tadi? Lo suka sama gue? Ya ampun….. tapi sorry yan, udah ada cowok yang gue suka. Sorry banget ya….” Gue sock lagi, buka helm, badan gemetaran, langsung jatuh, badan panas dingin, mulut berbusa. Tapi keinginan itu gue urungkan sapa tau si telly langsung teriak “ TOLONG! ADA CALON MAYAT!!!” sialan! Ga jadi deh ngancurin hpnya. Gue Cuma bisa bilang “yah kalo emank itu keputusan lo gue terima, selama lo bahagia, gue juga.” Akhirnya perjuangan gue ditutup dengan kegagalan dan sebuah pelukan layaknya seorang teman dekat sama telly dan lanjut nganter dia pulang. Satu pelajaran perang yg gue dapet“kita harus 1 langkah di depan musuh”.
Akhirnya gue ngejalanin hari-hari selanjutnya dengan patahan hati gue di kantong, dan nguburin itu di halaman dan membiarkannya tumbuh seiring pertumbuhan patahan yang satu lagi. Yap dilanjutkan lagi dengan kesibukan dan ngalong lagi seperti biasa. Banyak berita tentang temen gue yang juga patah hati dan putus sama cewenya. Bener-bener angkatan yg solid.
Tapi menurut raditia dika, mati satu tumbuh seribu menggugurkan motto gue never try never fail dan berharap motto itu ga bakal numbuh jadi seribu juga. Nah beberapa lama setelah itu gue nemu lagi 1 orang yang menurut gue wow lagi. Namanya sebut saja nindi (bukan nama sebenarnya, lagi). Ni anak gue nemu pas setelah acara inagurasi jurusan gue bulan maret. Setelah acara selesai tu anak udah lemes aja sandaran di tiang. Lagi sendirian gue deketin “nin knapa lo?” langsung dia jawab sambil nangis “ga tau, perut gue sakit huhuhuhu” waduh, gue mesti gmna nih? “loe udah makan blom tadi?” Tanya gue sambil panic, rambut berasap. “belom.”. langsung gue manggil temen gue , ilyas “coy ini 20 ribu lo beli nasi 2 ya” “ok” jawabnya dan langsung cabut minjem motor. Abis itu tiba-tiba nindi tambah lemes “gue ga tahan lagi” tuk! Langsung pingsan dianya.rambut dah gosong sampe item. Wah ngapain nih kalo udah gini? Napas buatan? Ga, dia Cuma pingsan bukan abis kelelep aer. Teken dadanya biar napas? Ya ga, orang dia Cuma pingsan, bukan kelelep aer, nanti malah salah sasaran waktu neken dadanya. Kan bisa parah. Enak di tangan gue ga enak sama kepala gue. Temen-temen yang lain langsung nyamperin dan langsung cari mobil buat nganter dia pulang. Akhirnya nindi digendong bersama ke mobil yang agak jauh markirnya. “sumpah nin, lo berat banget” barharap dia bakal ketawa dikit. Tapi kan dia lagi pingsan! Bego!.
Yah abis nganter dia pulang, kita balik lagi ke TKP semula. “wuihh buzeet! Banyak amat nasi bungkusnya? Sapa yang beli nih?” Tanya gue waktu nyampe. Trus di jawab enteng sama ilyas “loh, tadi kan lo yang nyuruh gue beli nasi……” diam sejenak, saling tatap-tatapan, dan timbul cinta diantara kita (goblok!). “uang yang 20 ribu gue kasi tadi?” “ho’o”. djeerrr!!! “kampret!!! Lu abisin uang gue!!! Besok mo pulang pake apa??!!!” celana langsung melorot mikirin dompet yang kosong.”. “lah kata lo beliin nasi..” “ya ga semua juga kale!” terpaksa gue nyantap dengan duka cita atas kepergian 20 ribu gue. Tapi lama-lama enak juga kog nasinya. Ah terpaksa gue abisin aja yang penting hari ini makan. Masalah pulang besok? Bodo amat! Yang penting makan dulu.
Setelah itu lanjut dengan hari biasa.
Beberapa hari kemudian, pas siang hari dan temen gue udah kayak kucing kurus berebut makanan, nindi lagi-lagi pingsan dan kejadiannya juga sama kayak malam itu tapi kali ini 20 ribu gue selamet. Malam setelah kejadian itu si nindi sms gue “yan makasih ya udah nolong tadi siang”. Gue langsung bingung, tumben amat ada yang bilang trimakasih ke gue. Biasanya juga kalo di sms “monyet lo!!! Jangan ganggu hidup gue lagi!.”. “ia ga masalah, dari pada lu pingsan dsitu kayak kucing mati, bau lagi.” Balas gue sdikit becanda. Akhirnya abis smsan gue tidur dan tetep masih ingat satu hal yang paling mengganggu hari ini “gue masih ga rela 20 ribu gue ilang bgitu aja!”. Gue bayangin kalo sampe ilyas macam-macam ama gue bakal gue seret ke pengadilan dan dia pasti kalah karena gue punya tuntutan 20 ribu, hahahhaa! Yeah! Mati kau bedebah!.
Besok paginya ngampus lagi seperti biasa. Abis ngampus gue nginep di kostan temen rame-rame sama yang lain. Kostannya bagus, tapi kok warna pink? Ya jelas aja, kostan cewe gitu. Yang punya namanya amma, nama sebenarnya. Ni anak dulu incarannya si ilyas tapi ga diterima. Rasain, itu akibatnya ngabisin 20 ribu gue, bakal gue inget sampe mati. Nah ini kostan lumayan luas jadi bisa nampung anak-anak homeless kayak kita. Malamnya si nindi sms gue lagi “hay lagi dmna ni?” loh, kok tumben dia sms lagi “ ehm lagi di kampus ni, nginep lagi kayaknya.” “aduh kesian amat. Udah makan blom?” he? Gue udah kayak diperhatiin banget kali ini. “belom. Tapi masih ada rokok kok. Tenang aja.” Jawab gue pasrah. “ih, mana kenyang kalo rokok doang. Besok gue bawa makanan ya buat lo.” Gubrak! Ada apaan nih? Apakah dajjal udah tiba di Indonesia pake garuda Indonesia? Ato jangan jangan sangkakala udah ditiup? Kok bisa-bisanya dia nanya gitu. “ah ga usah. Ngerepotin lagi nnti. Besok juga balik kerumah kok. Tapi thanks ya.” “yaudah, kalo gitu bobo dulu ya. Jangan lupa istirahat.” Jawabnya menututp ajang smsan malam. Nah skarang pikiran ge’er gue yang tanpa batas udah muncul. Waduh gara-gara ntu sms gue jadi suka ma ini anak. Gue langsung kasi liat sms tadi ke ade nung. Dia Cuma bilang kepingin trimakasih aja katanya. Tapi kege’eran gue udah meletus duluan. Malam itu gue langsung dapet ide bikin note lagi “Dia Peraguku” mengganti nindi dengan objek pohon. Abis di posting, banyak comment masuk, dari yang kasi masukan dan pujian sampe ada pertanyaan ga penting “itu pohon apaan sih? Buahnya enak ga? Mahal ga kalo dijual?”. Sangat tidak bermutu kawan. Abis itu smsan terus berlanjut sampe gue nulis Dia peraguku #2 sampe #4. Setelah itu gue nanya sama nindi tentang apa maksud sms dia slama ini. Ternyata dia Cuma nanya biasa doang kayak ke temen-temen yang lain. Owhhh tidak!!!! Akhirnya gue balik dengan keadaan pasrah lagi. Tapi, kali ini gue ga bisa mundur. Udah terlanjur basah. Akhirnya ambil handuk dan ngeringin badan, trus sikat gigi, cuci kaki, dan tidur seperti putri.
Setelah berlama lama sekali dalam peyakinan diri bahwa nindi bakal gue dapetin, gue akhirnya nanya sama dia langsung. “nin sebenernya lo ngerti ga sih isi note gue?” dengan harap-harap cemas “owh itu, ya ngertilah….” Wah kayaknya dia udah tau nih. Tapi gue tetep nanya lagi “lo tau kan siapa yang gue maksud?” “nah itu yang gue ga tau” ckckck ternyata dia Cuma ngerti jalan ceritanya. “lo sadar ga sih, yang gue ceritain itu elo kali nin…” jawab gue males. “ya ampun! Jadi tu beneran gue? Slama ini gue mikirnya kalo itu emang gue tapi ga mau aja nanti di bilang kege’eran”. Ternyata dia juga ge’er mania. Setelah proses negosiasi bilateral yang amat panjang dan ga tahan lama, dia Cuma mau gue tetep care sama dia tapi ga lebih. Arrrgghh!!! Bisa lo bayangin gimana rasanya di gituin. Setelah itu gue ngejalanin hari kayak mumi nyari tubuh baru untuk menguasai dunia. Gue Cuma duduk di tangga kostan ade nung dan ga tau ngelamunin apaan. Cuma diem sebentar ternyata udah lewat 2 jam. Malemnya, gue buka facebook dulu mumpung lagi ga ada kerjaan (emang selama ini?). 1 status yang bikin gue tambah sock, nindi udah PACARAN! Ha? Hm bentar mo masak mie dulu…………………..
Ok lanjut. Ha???? PACARAN?!!!! Hm, apa? Kompor!!! Gawat!!!
“Ah ganggu aja lu jo!” monyet tu anak! Pake bilang kompor gasnya mo nyala, ya emank dia mo nyalain kompornya juga. Bego. Oke ga ada masalah lagi? Baik kita lanjut. Ha!!! PACARAN!!! Perasaan baru berapa hari ini. Aaaaaahhhhhkk! Sialan cowoknya. Manisan dia dari pada gue (menurut nindi). Kalah fisik kali ini. Kampret!!!
Sejak saat itu gue mutusin untuk menjauh dari nindi dengan goresan 24 jahitan di hati. Ternyata cowok itu telah berhasil mengaplikasikan “1 langkah lebih awal di depan musuh” dan menggunakan boost “be faster” karena dalam 3 hari gue gugur. Hebat benar kau nak.
1 lagi yang gue dapet dari sini “sugesti mata lebih kuat dari pada hati” dan sepertinya saat itu langsung terjadi pada gue saat melihat kenyataan.
Nah kali ini adalah cewe yang bisa di bilang cinta pada pandangan pertama. Nah sebenernya pertama kali gue liat dia waktu masih PDKT ama telly. saat itu gue dan temen-temen masih tinggal di secretariat tercinta. Waktu itu orang pada sibuk ngerjain spanduk malem-malem. Trus dia datang sama cowoknya dan senior-senior yang lain buat ngumpul disitu. Gluk! Mata gue ga lepas dari setiap langkah tu cewe. Rambutnya panjang, pake pakaian serba hitam kayak pesulap dengan kaos belang zebra kalo ga salah, pake kacamata dan ternyata dia juga bantet kayak ade nung. Yah tapi skali lagi gue mantapkan kalo Cuma suka aja liat kakak yang satu itu dan lanjut bantuin bikin spanduk.
Beberapa hari kemudian, kita semua bikin bazaar untuk pencarian dana buat acara inagurasi jurusan di sebuah warkop di pinggir jalan utama. Nah disitu gue ketemu lagi sama tu kakak lagi duduk sama cowoknya sambil ngenet. Gue langsung nanya sama temen gue yang kebetulan kenal sama mereka berdua. “eh itu cewe yang rambut panjang pake kacamata ntu namanya siapa?” dijawab sambil sibuk nganter pesanan “oh itu kak EQ namanya. Kenapa emank?” sambil datengin meja kak EQ ”ga nanya aja kok” tanpa merhatiin lagi dia nanya apaan. Sampe di mejanya gue ngobrol sama cowoknya “kak bagi rokok dong” sambil ngenet “ga ada nih, gue aja blom dari tadi” kak eq langsung nyamber “nih punya gue aja”. “hm biar gue beli dulu deh” sambil kaget melihat wanita pertama yang merokok! Buzet! Garang juga ni cewe. Langsung aja gue ke warung depan beliin rokok buat kita bertiga. Udah balik kemeja langsung gue kasih rokoknya “nih kak udah penuh”. “nah gue suka banget ma ni anak. Gitu dong” samber kak EQ sambil ngambil rokok yang tadi.
Abis itu gue minjem laptop temen buat ngenet juga, yah kasihanilah saya yang hanya anak rantau calon homeless ini. Gue ngambil posisi disamping kak EQ. sambil main, mata gue penasaran trus sama kakak yang ini. Dikit-dikit liat kekanan, merhatiin cara dia merokok. Wah lebih maco dia dari pada cowoknya. Trus gue ngeliatin lagi dan lagi. Gue liat cewe dengan kacamata ini dengan seksama. Ternyata anaknya manis ya…… hmmm mukanya juga lucu kok. Wets! Tiba-tiba dia ngliat ke arah gue. Langsung acting ngantuk. “main facebook juga yaa???” pertanyaan yang sebenernya ga usah gue jawab tapi dari pada hilang kesempatan buat ngobrol sama dia jadi gue jawab sekenanya. “ia kak. Eh kak nama facebooknya apaan? Gue add ya?” langsung aja skalian dapet FBnya.
Okeh singkat cerita, sejak saat itu gue mulai akrab sama kak eq kayak temen-temen yang lain. Ga lama gue denger dia udah bubaran aja ama cowoknya. Owwhhhh apakah pertanda itu akan datang lagi? Ya mungkin saja. Tapi dasar sial, ada cowok lagi yang jadian sama dia. Tapi setelah diusut, ternyata Cuma main-main doang dengan masang status berpacaran di facebook. Ahhh sedikit legah. Tapi! Ada cowok lain lagi yang mulai deketin EQ. ah dasar monyet! Dah ambil deh. Kayaknya gue harus bersabar dengan kejadian yang satu ini. Akhirnya beberapa lama setelah itu mereka jadian tapi Cuma beberapa minggu aja mereka udah bubar. You see! That’s what I told you! (kapan?). gue belum terlalu peduli karena kejadian sebelumnya yang cukup bikin gue mikir untuk masalah ini.
Nah akhirnya (akhirnya mulu! tapi kok ga selese juga dari tadi?) makin lama gue makin deket aja sama eq. mungkin kalo dia Cuma menganggap gue temen deket tapi gue, makin hari gue makin suka sama dia. Eh! Ga! Gue suka sejak pertama kali liat dia. Kali ini gue SAYANG banget sama dia (makin dibaca gue makin jijai sendiri sama ni cerita). Mulai dari pulang bareng sampe kisah gue sama dia sampe ke kota pare-pare yang bisa lu liat di note gue sebelumnya, gue langsung bikin sebuah note dengan judul “si Kecil” karena EQ emang kecil dengan harapan dia bakal tau tentang gue. Sampailah pada sebuah comment dari EQ sendiri dengan bahasa inggris yang belom gue ngerti sampe sekarang yang menyatakan “carilah yang lain!”. He? Ga percaya! Pasti temen gue bohong ato salah menerjemahkan kalimat itu. gue tau artinya apaan, tapi untuk maksudnya, gue belum mau tau. Setelah itu kembali lagi kenangan bersama EQ di pare-pare saat perlombaan teater di salah satu universitas di pare-pare yang bisa lu liat juga di note gue yang sebelumnya.
Saking lamanya gue nunggu kesempatan buat masukin proposal rasa sayangku padanya karena acara dan jadwal terbang yang begitu padatnya, 3 hari setelah acara selesai gue langsung ngomong dan nanya sama dia “ q, sebenernya apa maksudmu dalam comment yang kemarin?” Tanya gue gugup “Cuma mo bilang, si kecil itu jahat! Dan saat ini saya hanya ingin sendiri, tanpa ikatan apapun!” diam sejenak, gue udah pingsan barangkali. “jadi apakah sudah tidak ada lagi kesempatan bagiku untuk bersamamu? (????)” wah ternyata gue ga pingsan. Dengan menarik nafas dan mengeluarkan 1 statement “aku hanya wanita yang tidak ingin terikat dengan apapun, dengan siapapun, dan ingin bebas. Aku hanya wanita bebas yang berTuhan!” kira-kira seperti itu statementnya dan kira-kira juga gue udah kena ayan ditempat itu. sambil nahan sesek nafas bawaan orok gue ngumpulin nafas untuk bilang “aku sayang sama kamu Q, sangat! Tapi kenapa?” dia diem aja. Gue ikut-ikutan. Akhirnya dia bilang ngantuk mau tidur duluan. “yaudah tidur gi, bsok mo brangkat pagi juga kan” jawab gue sambil nahan emosi, kecewa, sakit, dan boker. Gue tinggal biar dia bisa tidur lelap. Tapi pagi itu gue ga bisa tidur. Yang ada Cuma ngatur nafas biar ga drop lagi kayak dulu, mana obatnya dah abis lagi.
Besok paginya dia pulang kerumah buat mandi dulu. Gue tetep di tempat dan nunggu si EQ nyampe rumah. Waktu gue perkirakan dia udah dirumah, langsung gue sms “Q trimakasih karena sudah bikin saya jadi lebih lega dari hari-hari sebelumnya. Seperti kata om iwan fals izinkan aku tetap menyayangimu. Bagaimana?” dia langsung bales “ia sama2 :). Semua orang pasti ingin disayangi. Trimakasih untuk mau menyayangiku.” Langsung aja air mata gue jatuh ga pake bendungan ato baskom untuk pertama kalinya karena masalah cewe. “ah cengeng lo!” berusaha menguatkan diri sendiri dari keterpurukan cinta. Dan akhirnya (beneran akhirnya ini.) hidup gue mulai terasa hambar keesokan harinya hingga sekarang saat lo semua membaca ini.
TEH MANIS TANPA GULA
Pandangan gue terhadap kehidupan yang gue jalanin sekarang ini kayak Teh Manis Tanpa Gula. Kata orang dan kata yang bukan orang, hidup itu indah. Tapi apakah yang membuatnya terasa dan terlihat indah? Sampe sekarang jawaban itu hanya lewat dan hilang, menguap dari pikiran gue. Kalo menurut lo cinta itu harus diperjuangkan, memang mungkin seperti itu adanya. Tapi ada yang mengatakan jodoh ga bakal lari kemana, tapi apakah kita juga harus menunggu tanpa ada tindakan setidaknya sedikit agresif dalam pencapaiannya? Entahlah ini semua mungkin hanyalah panggung seperti kata W.shakespear. nah ini mungkin bisa sedikit menghibur ato nyinggung. Hey! Mungkin saja disitulah letak keindahannya. You see!
Trimakasih untuk Reysha Rezky. Trimakasih untuk semua kenangan yang pertama kali ku rasakan dari kebersamaan diriku denganmu. Trimakasih
tips untuk mahasiswa tingkat akhir (dan akhir sekali)
1. Jika masih mengikuti perkuliahan, jangan sombong . tetap low profile kepada adik tingkat yang ilmunya tentu jauh di bawah kamu. Bagaimana tidak, kamu kan sudah mendengar perkataan yang sama dari dosen sebelum si adik tingkat jadi mahasiswa.
2. Jika dalam proses bimbingan skripsi, Pilihlah tempat kos yang tidak bertingkat, jaga – jaga jika terbesit keinginan loncat indah setelah pulang bimbingan dengan dosen yang berhati sekeras karang di lautan.
3. Ketika bimbingan ke kampus, selalu pakai earphone meski tidak sedang mendengarkan musik. Agar bisa pura – pura tidak mendengar saat ada teman atau adik tingkat yang bertanya “sudah / kapan lulus?”
4. Dekati dan ajak sharing teman seangkatan yang pembimbing skripsinya sama tapi sudah lulus, Mintalah saran dari dia bagaimana cara bisa mendapat ACC dari dosen tersebut. Ingat jangan membawa senjata tajam khawatir gelap mata saat si teman malah bersikap rese’ dengan berkata “ Pada dasarnya sih mungkin karena gue cerdas aja kali yaa…”
5. Dekati dan ajak sharing juga teman seangkatan yang punya prinsip SELOWW AJA KALEE dan bahkan belum kepikiran untuk seminar proposal. Untuk menenangkan hati bahwa masih ada yang lebih telat di banding kita.
6. Usahakan untuk berwirausaha meskipun kecil – kecilan, akan berguna saat ada orang yang bertanya “kenapa belum beres2 itu skripsi?” jawab saja…saya sibuk berbisnis. Yaaa daripada cepat – cepat lulus cuma untuk nambahin pengangguran di Indonesia, lebih baik saya merintis membuka lapangan pekerjaan untuk orang lain. Usahakan dengan ekspresi seserius mungkin dan tangan di kepalkan ke udara.
7. Jika skripsi anda selalu saja ada revisi dan tidak ada peningkatan bab terus menerus. Bikin grup di facebook dengan akun 1 juta orang mendukung skrpsi anda agar segera di acc.
8. Koleksi rekaman atau buku – buku motivasi seperti Mario Teguh ,AA Gym atau Canghegar untuk menguatkan saat diri ingin menjerit “I’M QUIIIIIIT”
9. Rajinlah mengikuti seminar motivasi agar tetap semangat mengerjakan si skripsweet, Jikalau belum lulus – lulus juga, kamu bisa melamar jadi trainer motivasi (karena sudah hapal segala macam kalimat dan cerita motivasi).
10. Jangan pernah terbesit berniat untuk menggunakan jasa pengerjaan skripsi ke orang lain. Jangan, pokoknya jangan saja.
11. Jika orang tua sudah rajin menelpon menanyakan kapan lulus katakan alasan yang sejujurnya. Kebohongan apalagi ke ortu bisa jadi penyebab kesulitan dunia akhirat (serius ini hey)
Tips menghadapi interview
* Duduklah di kursi pelamar, jangan minta dipangku HRD hanya untuk nunjukkin kamu orang yang mudah bergaul.
* Pingsan bukan pilihan terbaik menghindari pertanyaan, kecuali kamu Syahrinii.
* Saat bingung menjawab pertanyaan jangan teriak “Toloong dibantu yaaa… Prok prook prok !!”..
* Ketika ditawari gaji awal jangan berkata “Naikiiin ato pilih tirai nomor 4”
* Kalau sudah tidak kuat dengan pertanyaan interview, jangan mencoba mencari kamera & melambai-lambaiii (spt tim uji nyali)…
* Membantu Ibu pergi ke pasar bukanlah pengalaman marketing yang patut untuk diceritakan.
* Jangan jawab pertanyaan susah dengan “Baguus… pertanyaan bagus!. Menurut anda sendiri bagaimana?…”
* Jangan menekan bibir sang interviewer & berbisiik “Aku tahu apa maumu…”
* Saat ditanya pengalaman, jangan dijawab dengan “Maaf pak, saya ga mau inget-inget masa lalu saya, perih rasanya … # malingin muka„,”
* Pada saat hening, jangan memecahkan gelas. Pertama kamu bukan Dian Sastro. Kedua yang beresiin siapa entar?..
* Meskipun yang interview itu temen, gak perlu kita “wooy cuy’, elu yg interview? hahay.., abiiis ini kita mabok yuk..?”
* Mencukur kumis hendaknya dilakukan sebelum interview jangan pada saat interview.
* Jika ditanya: Bagaimana seandainya kamu gagal dalam pekerjaan ini?… “Ya gak papa pak, kesempurnaan ini hanya milik Allah…”
* Jika tidak suka dengan pekerjaan tersebut, jangan menggerakan tangan di depan dada dan menyanyikan “ga„ ga„ ga kuat„ ga„ ga„ ga kuat” ataupun “ga„ ga„ ga level„ ga„ ga„ ga level”
Langganan:
Komentar (Atom)